Ahad 31 Oct 2021 22:02 WIB

Menlu AS Menentang Tindakan Sepihak China Atas Taiwan

China menilai intervensi asing di Taiwan sebagai campur tangan terhadap urusan negara

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Menteri Pertahanan Taiwan Chiu Kuo-cheng berbicara di Taipei, Taiwan, Kamis (28/10). Ia mengatakan Taiwan harus siap membela diri dan tidak bergantung pada negara lain jika China melancarkan serangan ke negara tersebut.
Foto: EBC via AP
Menteri Pertahanan Taiwan Chiu Kuo-cheng berbicara di Taipei, Taiwan, Kamis (28/10). Ia mengatakan Taiwan harus siap membela diri dan tidak bergantung pada negara lain jika China melancarkan serangan ke negara tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken bertemu dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di KTT Kelompok 20 (G20) pada Ahad (31/10). Pejabat senior Departemen Luar Negeri AS mengatakan, dalam pertemuan tersebut Blinken menyatakan bahwa AS menentang tindakan China yang telah meningkatkan ketegangan di Selat Taiwan.

Dalam pertemuan yang berlangsung selama satu jam Blinken membuat pernyataan yang sangat jelas kepada Wang bahwa, Washington menentang setiap perubahan sepihak oleh Beijing terhadap status quo di Taiwan. Blinken juga mengatakan bahwa, AS tidak menentang kebijakan satu-China, tetapi memungkinkan hubungan informal dan hubungan pertahanan dengan Taipei.  

China mengirim 149 pesawat militer ke zona udara Taiwan dalam formasi kelompok penyerang. Hal ini menyebabkan Taiwan mengaktifkan sistem rudal pertahanan udaranya. Pengerahan pesawat militer tersebut dilakukan pada awal Oktober bertepatan dengan Hari Nasional China.

China dan Taiwan berpisah selama perang saudara pada 1949. Namun China mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya. China memandang setiap intervensi asing di Taiwan sebagai campur tangan terhadap urusan dalam negerinya.

Amerika Serikat memutuskan hubungan diplomatik formal dengan Taipei pada 1979 untuk mengakui Beijing. Amerika Serikat tidak secara terbuka menentang klaim China atas Taiwan, tetapi berkomitmen untuk memastikan Taipei dapat mempertahankan diri.

Sebelumnya Presiden AS Joe Biden mengatakan, AS akan membela Taiwan jika diserang oleh China. Komentar Biden tersebut tidak sesuai dengan kebijakan AS tentang ambiguitas strategis.

"Ya. Kami memiliki komitmen untuk itu," ujar Biden, ketika ditanya apakah AS akan membela Taiwan jika China menyerang dalam forum CNN.

AS telah bertahun-tahun mempertahankan kebijakan ambiguitas strategis yaitu, tetap memberikan dukungan militer utama ke Taiwan. Tetapi tidak secara eksplisit berjanji untuk membantu Taiwan jika diserang oleh China. Setelah Biden melontarkan komentar, Gedung Putih mengatakan, kebijakan AS tentang Taiwan tidak berubah.

“Hubungan pertahanan AS dengan Taiwan dipandu oleh Undang-Undang Hubungan Taiwan. Kami akan menjunjung tinggi komitmen kami di bawah Undang-Undang, kami akan terus mendukung pertahanan diri Taiwan, dan kami akan terus menentang setiap perubahan sepihak terhadap status quo," kata seorang juru bicara Gedung Putih, dilansir Aljazirah.

China, telah memodernisasi angkatan bersenjata dan mengembangkan persenjataan canggih. Ketika ditanya apakah AS akan mampu mengikuti perkembangan militer China yang pesat, Biden menjawab, “ya”.

“China, Rusia, dan seluruh dunia tahu bahwa kami adalah militer paling kuat dalam sejarah dunia. Saya tidak ingin perang dingin dengan China. Saya hanya ingin China memahami bahwa kami tidak akan mundur, bahwa kami tidak akan mengubah pandangan kami," ujar Biden.

Menteri Pertahanan Taiwan Chiu Kuo-cheng mengatakan, ketegangan militer Taiwan dan China beberapa waktu lalu adalah yang terburuk dalam lebih dari 40 tahun. Dia menambahkan, Cina akan mampu melakukan invasi skala penuh pada 2025.

sumber : AP/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement