REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Para pemimpin Kelompok 20 (G20) merilis komunike akhir untuk mencapai netralitas karbon pada atau sekitar pertengahan abad, Ahad (31/10). Mereka juga setuju untuk mengakhiri pembiayaan publik untuk pembangkit listrik tenaga batu bara di luar negeri tanpa tenggat akhir.
"Akan mempercepat tindakan kami di seluruh mitigasi, adaptasi dan keuangan, mengakui relevansi utama untuk mencapai emisi gas rumah kaca nol bersih global atau netralitas karbon pada atau sekitar pertengahan abad ini," ujar komunike terakhir.
Perdana Menteri Italia Mario Draghi mengatakan kepada para pemimpin menjelang sesi kerja terakhir bahwa mereka membutuhkan keduanya untuk menetapkan tujuan jangka panjang. Keputusan itu membuat perubahan jangka pendek untuk mencapainya.
"Kita harus mempercepat penghapusan batu bara secara bertahap dan berinvestasi lebih banyak pada energi terbarukan," katanya.
"Kita juga perlu memastikan penggunaan sumber daya yang tersedia dengan bijak, yang berarti kita harus mampu menyesuaikan teknologi dan juga gaya hidup kita dengan dunia baru ini," ujar Draghi.
Kesepakatan bersama ini telah melalui perdebatan yang alot di dalamnya. Menurut komunike, G20 menegaskan kembali komitmen masa lalu oleh negara-negara kaya untuk memobilisasi 100 miliar dolar AS setiap tahun untuk membantu negara-negara miskin mengatasi perubahan iklim. Mereka berkomitmen meningkatkan pembiayaan untuk membantu negara-negara miskin beradaptasi. Titik hambatan tetap menjadi batas waktu untuk mencapai netralitas karbon atau emisi nol bersih.
Target dalam mencapai itu hanya disinggung dengan ungkapan abad pertengahan. Seorang pejabat Prancis mengatakan abad pertengahan berarti 2050 dalam arti sempit. "Namun, mengingat keragaman negara-negara G-20 itu berarti semua orang setuju untuk tujuan bersama sambil memberikan sedikit fleksibilitas untuk mempertimbangkan keragaman nasional," ujarnya mengutip pencemar karbon utama China dan India, serta Indonesia.
Beberapa negara telah menetapkan 2050 sebagai tenggat waktu mereka untuk emisi nol bersih. Sementara China, Rusia, dan Arab Saudi menargetkan 2060.
Masa depan batu bara, sumber utama emisi gas rumah kaca, telah menjadi salah satu hal yang paling sulit untuk disepakati oleh G20. Namun, para pemimpin sepakat untuk mengakhiri penyediaan keuangan publik internasional untuk pembangkit listrik tenaga batu bara baru di luar negeri pada akhir 2021.
Keputusan ini mengacu pada dukungan keuangan untuk membangun pembangkit listrik tenaga batu bara di luar negeri. Langkah ini telah ditinggalkan oleh negara-negara Barat. China, Jepang, dan Korea Selatan membuat komitmen serupa di awal tahun.
Kegagalan G20 untuk menetapkan target penghentian penggunaan batu bara domestik secara bertahap merupakan pukulan bagi Inggris. Juru bicara Perdana Menteri Boris Johnson, Max Blain, mengatakan komunike G20 tidak pernah dimaksudkan untuk menjadi tuas utama untuk mengamankan komitmen pada perubahan iklim. Upaya itu akan disepakati pada KTT Glasgow atau COP26.