Senin 01 Nov 2021 14:40 WIB

Malaysia Dirikan Institut Vaksin untuk Kurangi Impor

Malaysia dirikan institut genom dan vaksin untuk kurangi ketergantungan impor farmasi

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Perdana Menteri baru Malaysia Ismail Sabri Yaakob (kanan) mengatakan Malaysia dirikan institut genom dan vaksin untuk kurangi ketergantungan impor farmasi. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/PRIME MINISTER OFFICE OF MALAYSIA
Perdana Menteri baru Malaysia Ismail Sabri Yaakob (kanan) mengatakan Malaysia dirikan institut genom dan vaksin untuk kurangi ketergantungan impor farmasi. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR - Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob meresmikan Peta Jalan Pengembangan Vaksin (PPVN) dan Institut Genom dan Vaksin Malaysia (MGVI) di Bangi, Negara Bagian Selangor. Institut itu didirikan untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor produk farmasi seperti vaksin.

"Kadar impor produk farmaseutikal Malaysia bernilai 1,94 miliar dollar AS (sekitar Rp 27,6 triliun) pada tahun 2020. Vaksin adalah di antara lima item impor utama dengan jumlah pembelian sebanyak RM4,3 miliar (sekitar Rp 14,8 triliun) bagi vaksin Covid-19 saja," kata Ismail Sabri.

Baca Juga

Dia mengatakan ketergantungan kepada impor ini menunjukkan Malaysia perlu melahirkan lebih banyak pencipta teknologi dan bukan pengguna teknologi semata-mata. "Negara kita mempunyai ilmuwan vaksin yang memiliki kepakaran dalam penelitian dan pengembangan vaksin," katanya.

Ismail mengatakan dari segi ketersediaan industri vaksin, sejumlah usaha telah dilakukan termasuk proses pembotolan (fill and finish) vaksin Covid-19 Sinovac lewat Pharmaniaga dan pembotolan vaksin CanSino melalui Solution Biologics. Menurutnya peresmian tersebut tidak hanya tertumpu pada vaksin Covid-19 tetapi juga pada vaksin penyakit-penyakit lain seperti kanker kepala dan leher (head and neck) oleh Pusat Penelitian Kanker.

"Saya yakin pendirian MGVI ini dapat memberi dampak positif kepada negara dari sudut ekonomi, sosial dan teknologi," ungkap Ismail.

Ada tiga proyek awal yang akan dikerjakan oleh Peta Jalan Pengembangan Vaksin (PPVN). Pertama, pengembangan vaksin Covid-19 berbasis virus yang dilemahkan (inactivated) dan berbasis mRNA oleh Institut Penelitian Pengobatan (IMR).

"Pengembangan vaksin ini akan tertumpu kepada Variant of Concern (VOC) Covid-19 yang terdapat di Malaysia," katanya.

Kedua, vaksin kolera yang dikembangkan dari kerja sama antara Universiti Sains Malaysia (USM) dan Universiti Institut Pengobatan, Sains dan Teknologi Asia (AIMST). Ketiga, Projek Evaluasi Praklinis Vaksin Kanker Terapi untuk pengobatan kanker kepala dan leher oleh Cancer Research Malaysia (CRM) yang dibiayai Kementerian Sains, Teknologi, dan Inovasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement