Selasa 09 Nov 2021 09:08 WIB

Cerita Sulitnya Selamatkan Hidup Lumba-Lumba Langka Pakistan

Lumba-lumba di Pakistan terdesak keluar dari habitatnya akibat aktivitas manusia

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Seekor lumba-lumba terlihat di Selat Bosphorus saat musim semi di Istanbul, Turki. Lumba-lumba di Pakistan terdesak keluar dari habitatnya akibat aktivitas manusia.
Foto: Anadolu / Emrah Yorulmaz
Seekor lumba-lumba terlihat di Selat Bosphorus saat musim semi di Istanbul, Turki. Lumba-lumba di Pakistan terdesak keluar dari habitatnya akibat aktivitas manusia.

REPUBLIKA.CO.ID, LARKANA -- Seekor lumba-lumba abu-abu yang terancam punah menggerakkan siripnya dengan lemah saat berada di dalam truk yang melaju kencang menuju tempat perlindungan di Pakistan. Penyelamat memercikkan air pada hewan itu untuk menjaga kulitnya tetap lembap dan menyelamatkannya dari kematian.

Kondisi buta dengan moncong yang dilengkapi dengan dua baris gigi tajam, lumba-lumba sungai Indus menyimpang dari rumah air tawarnya ke jalur air yang sibuk. Dia harus diangkat oleh staf penyelamat di provinsi tenggara Sindh setelah mereka menjebaknya dengan jaring.

Baca Juga

Sekarang staf penyelamat harus menjaganya agar tetap hidup saat mereka berlomba ke tempat perlindungan sejauh 82 kilometer untuk dapat membebaskannya. "Kami harus mencoba membawanya ke sungai sesegera mungkin," kata pejabat departemen margasatwa provinsi, Mir Akhtar Hussain Talpur.

Talpur telah menyelamatkan 10 hewan itu tahun ini dan delapan di antaranya hanya dalam sebulan terakhir. "Ketika kita membawa lumba-lumba yang diselamatkan ke sungai, kita harus sangat berhati-hati," katanya.

Pekerjaan tersebut adalah tugas yang sulit, dengan harus menjaga kulit tetap basah dan menumbuhkan kesan hewan itu diam di dalam air. Talpur pun mesti memastikan tidak ada cairan yang masuk ke lubang sembur yang digunakannya untuk bernafas.

Lumba-lumba terdesak keluar dari habitatnya akibat aktivitas manusia, dari bendungan untuk proyek irigasi hingga polusi. Kondisi itu mengurung mereka di bentangan sungai Indus Pakistan sepanjang 1.200 kilometer atau hanya setengah dari jangkauan aslinya.

Hidup selama jutaan tahun di perairan keruh, mamalia ini hanya satu dari empat spesies air tawar yang masih hidup. Dia akhirnya menjadi buta dan menggunakan ekolokasi atau bentuk sonar untuk navigasi.

Mereka dapat tumbuh hingga lebih dari dua meter dan berat melebihi 100 kilogram dengan memakan lele, ikan mas, dan udang. Namun hewan ini membutuhkan air setidaknya satu meter untuk tetap hidup.

Beberapa hewan yang lebih kecil tersesat ke saluran irigasi yang dangkal, kolam, dan bahkan ladang, akhirnya mereka tidak dapat bertahan hidup. Meskipun perburuan mereka dilarang, pejabat satwa liar Sindh mengatakan bahwa terjerat jaring ikan tetap menjadi ancaman utama.

Baca juga : Pinjam Dana untuk Formula E, Ini Kata Pemprov DKI

Upaya perlindungan telah membuahkan hasil. Survei WWF menunjukkan angka rebound menjadi 1.816 pada 2019, naik setengah dari 2001. Itu jauh dari angka 132 pada 1972 yang membawa status terancam punah, yang mengarah pada penciptaan cagar alam.

Sekitar 30 hewan telah mati dalam sekitar 200 upaya penyelamatan yang telah diluncurkan Pakistan sejak 1992. Namun, 27 penyelamatan setelah 2019 telah berhasil.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement