REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Bank Dunia David Malpass mengungkapkan, lembaganya tidak mungkin melanjutkan bantuan langsung untuk Afghanistan. Krisis yang tengah membekap negara tersebut menjadi salah satu alasan mengapa hal itu tak dapat dilakukan.
“Saya tidak akan membayangkan kami beroperasi di dalam mengingat kehancuran penuh ekonomi,” kata Malpass saat berbicara di the Center for Strategic and International Studies (CSIS) pada Senin (8/11), dikutip laman Al Arabiya.
Menurut Malpass, salah satu tantangannya adalah sistem pembayaran. “Tidak ada kemampuan untuk mengalirkan uang, mengingat apa yang dilakukan pemerintah saat ini,” ucapnya.
Terkait penghentian bantuan untuk Afghanistan, Malpass mengatakan dia telah bertemu Komite Palang Merah Internasional dan badan-badan PBB yang masih bekerja di negara tersebut. Bank Dunia mulai menghentikan bantuan ke Afghanistan pada Agustus lalu, yakni setelah Taliban merebut kekuasaan di sana.
Bantuan dihentikan di tengah kekhawatiran tentang situasi keamanan dan pengabaian hak-hak perempuan Afghanistan. Kala itu Bank Dunia mengungkapkan akan memantau dan menilai situasi dengan cermat.
Bank Dunia memiliki lebih dari 20 puluh proyek pembangunan yang sedang berlangsung di Afghanistan. Sejak 2002, mereka telah menyediakan dana sebesar 5,3 miliar dolar AS, sebagian besar dalam bentuk hibah, untuk negara tersebut.