Selasa 09 Nov 2021 15:41 WIB

Irlandia Marah, Mossad Palsukan Paspor Bunuh Komandan Hamas

Kegeraman Irlandia ke Mossad disampaikan lewat Twitter, sebelum cicitan itu dihapus.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
Mossad
Mossad

REPUBLIKA.CO.ID, DUBLIN -- Kedutaan Besar Irlandia di Israel  masih menyatakan ketidakpercayaan dan kemarahannya pada badan intelijen Israel. Hal ini terkait pemalsuan paspor Irlandia oleh Mossad satu dekade lalu.

Kedutaan Besar Irlandia menyampaikan kemarahannya dalam sebuah cuitan di Twitter. Namun beberapa menit kemudian, cicitan itu dihapus.

Baca Juga

"Hubungan diplomatik mungkin diperhitungkan untuk sesuatu, tetapi jika mereka telah memalsukan paspor kami untuk digunakan dalam pembunuhan, mungkin dapat mempengaruhi kepercayaan," ujar pernyataan Kedutaan Besar Irlandia, dilansir Middle East Monitor, Selasa (9/11).

Insiden yang dimaksud kedutaan adalah pembunuhan komandan Hamas oleh Mossad, di sebuah kamar hotel di Dubai. Para agen menggunakan paspor palsu untuk memasuki Uni Emirat Arab (UEA), sebelum mereka melakukan normalisasi hubungan dengan Israel.

Negara lain yang paspornya digunakan oleh agen Mossad adalah Prancis, Jerman, Inggris, dan Australia. Semua negara tersebut memiliki hubungan baik dengan Israel. Cuitan Kedutaan Irlandia di Twitter menunjukkan bahwa, Irlandia masih menyimpan perasaan buruk terhadap insiden pemalsuan paspor Irlandia oleh Israel.

Dalam kicauannya,  Kedutaan Irlandia juga mengungkapkan, insiden pemalsuan paspor itu sebagai penyebab ketidakpercayaan Dublin terhadap Israel yang menetapkan enam LSM Palestina sebagai organisasi teroris. Penetapan label teroris itu dikeluarkan karena dugaan hubungan enam LSM tersebut, dengan Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP).

Penetapan label teroris tersebut menimbulkan ketegangan pada hubungan antara Irlandia dan Israel. Karena dua LSM yaitu Al-Haq dan Adameer, sebagian besar didanai oleh Irlandia. Menteri Luar Negeri Irlandia, Simon Covene, mengatakan, Israel tidak dapat membuktikan bahwa enam LSM Palestina tersebut terlibat dalam organisasi teroris.

"Kami belum mendapatkan bukti yang kredibel untuk menghubungkan LSM dengan terorisme, tentu saja tidak seperti yang saya lihat. Kami memiliki sistem yang sangat kuat untuk mengetahui bagaimana uang kami  dibelanjakan," ujar Covene.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement