REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Sebanyak empat ribu hingga lima ribu warga Afghanistan telah menyeberang ke Iran setiap hari, sejak Taliban kembali berkuasa. Dewan Pengungsi Norwegia (NRC) pada Rabu (10/11) mengatakan, ratusan ribu warga Afghaniatan lainnya diperkirakan akan menyeberang ke Iran pada musim dingin mendatang.
NRC mengatakan, sebanyak 300 ribu warga Afghanistan telah melintasi perbatasan sejak Taliban berkuasa. NRC mengatakan, Iran tidak mampu menampung pengungsi Afghanistan dalam jumlah besar karena keterbatasan dana. Oleh karena itu, NRC menyerukan dukungan internasional untuk Iran yang sedang bergulat dengan krisis ekonomi.
“Iran tidak dapat diharapkan menjadi tuan rumah bagi warga Afghanistan, dan hanya mendapatkan sedikit dukungan dari masyarakat internasional. Harus ada peningkatan bantuan segera di dalam Afghanistan dan di negara-negara tetangga seperti Iran, sebelum musim dingin yang mematikan," kata Sekretaris Jenderal NRC Jan Egeland.
Sejak Taliban berkuasa, Amerika Serikat (AS) membekukan aset bank sentral Afghanistan senilai miliaran dolar. Selain itu, negara donor dan lembaga keuangan internasional seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) menangguhkan pemberian pinjaman. Hal ini menyebabkan perekonomian Afghanistan semakin terpuruk, dan meningkatkan jumlah eksodus ke negara tetangga dan negara lainnya.
Krisis ekonomi di Afghanistan memicu kekhawatiran terjadi krisis pengungsi yang serupa dengan eksodus Suriah, yang mengguncang Eropa pada 2015. Iran dan Pakistan menampung sekitar 90 persen dari lima juta warga Afghanistan yang mengungsi di luar negara mereka, meskipun tidak semuanya dihitung sebagai pengungsi.
“Kami memuji Iran karena menyambut dan menampung jutaan pengungsi Afghanistan selama empat dekade terakhir. Tapi sekarang komunitas internasional harus melangkah untuk mendukung tetangga Afghanistan,” kata Egeland.