Sabtu 13 Nov 2021 14:46 WIB

Masih Bergulat dengan Covid-19, Kongo Hadapi Wabah Campak

Pada 2020, lebih dari 6.000 warga Kongo meninggal akibat campak.

Anak-anak Republik Demokratik Kongo berjalan saat mengungsi setelah Gunung Nyiragongo meletus pada 26 Mei 2021. Kongo kini kembali berhadapan dengan wabah campak.
Foto: EPA
Anak-anak Republik Demokratik Kongo berjalan saat mengungsi setelah Gunung Nyiragongo meletus pada 26 Mei 2021. Kongo kini kembali berhadapan dengan wabah campak.

REPUBLIKA.CO.ID, KINSHASA -- Otoritas Republik Demokratik Kongo (DRC) pada Jumat (12/11) secara resmi mengumumkan wabah campak di provinsi Maniema timur. Wabah itu dikonfirmasi oleh sampel analisis dari Lembaga Penelitian Biomedis Nasional DRC.

Gubernur Maniema Affani Idrissa Mangala mengatakan, provinsi terkait telah melaporkan 458 kasus. Sebanyak 17 orang meninggal akibat campak di tengah pandemi Covid-19.

Baca Juga

Pada 2020, campak telah menewaskan lebih dari 6.000 orang di Kongo (DRC), menjadikannya kasus epidemi terburuk di dunia. Sekitar 310.000 kasus campak diduga telah dilaporkan sejak Agustus 2018.

Cakupan imunisasi rutin yang telah dilakukan masih sangat rendah di seluruh wilayah Kongo. Sebanyak 25 persen dari kasus yang dilaporkan di negara itu pada 2020 terjadi pada anak di bawah lima tahun, yang memang paling rentan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin itu.

Sementara itu, Kongo juga tercatat sebagai negara dengan tingkat vaksinasi Covid-19 paling rendah di dunia. Kurang dari 0,1 persen dari 90 juta penduduknya menerima dosis lengkap vaksin Covid-19.

Di tengah ancaman meluasnya kasus campak, gubernur Maniema pun meminta masyarakat agar tetap waspada dan berkonsultasi dengan pusat kesehatan terdekat apabila mengalami demam, ruam kulit, konjungtivis, batuk, serta pilek atau bersin. Di Ibu Kota DRC Kinshasa, empat zona kesehatan juga dilanda wabah campak sejak akhir Agustus.

Campak juga sempat membuat penerbangan pengungsi Afghanistan ke Amerika Serikat terhenti pada September. Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki pada Jumat (10/9) mengatakan penangguhan penerbangan atas rekomendasi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) setelah ditemukan empat kasus campak.

"Mereka saat ini sedang dikarantina sesuai dengan pedoman kesehatan masyarakat dan CDC telah memulai pelacakan kontak," kata Psaki dilansir Aljazirah, Sabtu (11/9).

Psaki mengatakan, semua warga Afghanistan yang tiba di Amerika Serikat diharuskan telah mendapatkan imunisasi wajib. Pihaknya juga menjajaki langkah-langkah untuk melakukan vaksinasi saat mereka masih di luar negeri.

sumber : Antara, Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement