REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina telah meminta para pemimpin global untuk bertindak serius memfasilitasi pemulangan awal dan aman para pengungsi Rohingya ke Myanmar. Dia menegaskan Bangladesh telah melindungi sementara warga Myanmar yang dipindahkan secara paksa untuk menghindari krisis regional yang besar.
"Dunia harus bertindak serius untuk memastikan orang-orang ini (Rohingya) dapat segera kembali ke Myanmar," kata Hasina dalam acara Paris Peace Forum Edisi Keempat.
Pidato Hasina di forum tersebut, yang juga dihadiri oleh Wakil Presiden AS Kamala Harris dan para pemimpin dunia lainnya, disiarkan langsung oleh media swasta. Pemimpin Bangladesh saat ini berada di Prancis dalam kunjungan kenegaraan selama lima hari.
"Risiko keamanan dari krisis tidak hanya akan tetap terbatas pada perbatasan kita," ujar Hasina mengacu pada penundaan pemulangan damai dan bermartabat Muslim Rohingya yang teraniaya.
"Kami sudah melihat tanda-tanda itu," ujarnya.
Hasina pun sebelumnya telah meminta Presiden Prancis Emmanuel Macron dan menekankannya untuk membawa masalah Rohingya ke Dewan Keamanan PBB, sebab Prancis adalah anggota tetap.
Lebih dari satu juta orang Rohingya yang tidak memiliki kewarganegaraan telah tinggal di tenda-tenda darurat yang kumuh di distrik Cox's Bazar selatan Bangladesh selama bertahun-tahun. Menurut Amnesty International, lebih dari 750 ribu pengungsi Rohingya yang kebanyakan perempuan dan anak-anak melarikan diri dari Myanmar dan menyeberang ke Bangladesh.
Migrasi ini terjadi setelah pasukan militer Myanmar melancarkan tindakan brutal terhadap komunitas minoritas Muslim pada Agustus 2017. Peristiwa itu mendorong jumlah orang yang dianiaya di Bangladesh di atas 1,2 juta.
Sejak 25 Agustus 2017, menurut laporan oleh Badan Pembangunan Internasional Ontario (OIDA), hampir 24 ribu Muslim Rohingya telah terbunuh. Lebih dari 34 ribu dilemparkan ke dalam api, lebih dari 114 ribu dipukuli, sebanyak 18 ribu perempuan dan gadis Rohingya diperkosa, lebih dari 115 ribu rumah Rohingya dibakar dan 113 ribu lainnya dirusak oleh pasukan militer Myanmar.