REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Pemerintah Korea Utara (Korut) mengklaim tak menemukan kasus positif COVID-19 setelah menguji 697 orang. Oleh karena itu, Korut tak akan menggelar vaksinasi Covid-19 menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Dilansir dari NK News pada Senin (15/11), WHO mendapati Korut adalah satu dari hanya dua negara yang belum memberikan vaksin kepada masyarakatnya. Otoritas kesehatan di Korut baru-baru ini menguji 109 orang dengan penyakit mirip flu atau infeksi pernapasan akut yang parah. Kemudian ada 588 petugas kesehatan yang diperiksa dari 29 Oktober hingga 4 November menurut laporan situasi mingguan terbaru WHO.
Secara total, Korut telah menyaring 44.830 orang untuk tes COVID-19 menggunakan tes PCR. Ini berdasarkan data yang dilaporkan sendiri oleh Korea Utara ke WHO. Namun angka-angka itu tidak dapat dikonfirmasi secara independen.
Korea Utara adalah salah satu dari segelintir negara termasuk Turkmenistan dan negara pulau kecil Nauru dan Tuvalu yang belum melaporkan kasus COVID-19, menurut data WHO.
Sementara itu, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom mengatakan Korut dan Eritrea adalah dua negara yang belum memulai inokulasi COVID-19. Padahal ia menyinggung inisiatif vaksinasi global COVAX kini telah mengirimkan setengah miliar vaksin di seluruh dunia.
COVAX telah berjanji untuk mengirim 1,7 juta dosis AstraZeneca ke Korea Utara. Tetapi pengirimannya telah ditunda sejak awal tahun ini. Seorang juru bicara aliansi vaksin Gavi sebelumnya mengatakan kepada pengiriman mungkin dilakukan paling lambat Desember 2021.
Sebelumnya, Korut menolak tawaran hampir 3 juta dosis Sinovac pada bulan September. Adapun media pemerintah Korea Utara Korean Central Television (KCTV) sekali lagi mempertanyakan ketergantungan negara lain pada vaksin. Pada Ahad (14/11), KCTV mengutip para ahli yang mengatakan situasi epidemi yang memburuk di Eropa disebabkan oleh tindakan pencegahan yang dilonggarkan serta perubahan cuaca musiman.
Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) juga menekankan bahaya yang meningkat dari penyebaran virus di musim dingin dalam sebuah artikel tentang kampanye pencegahan epidemi. Korut memang telah memberlakukan kontrol perbatasan yang ketat dan tindakan karantina sejak pandemi dimulai.