Rabu 17 Nov 2021 05:00 WIB

Turki Tangkap Tersangka Kasus Pembunuhan Presiden Haiti

Pelaku ditahan di Bandara Istanbul saat terbang transit dari Amerika Serikat.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Teguh Firmansyah
 Seorang pria menyentuh potret mendiang Presiden Haiti Jovenel Moïse di luar Katedral tempat upacara peringatan untuknya berlangsung di Cap-Haitien, Haiti, Kamis, 22 Juli 2021. Moïse dibunuh di rumahnya pada 7 Juli.
Foto: AP/Matias Delacroix
Seorang pria menyentuh potret mendiang Presiden Haiti Jovenel Moïse di luar Katedral tempat upacara peringatan untuknya berlangsung di Cap-Haitien, Haiti, Kamis, 22 Juli 2021. Moïse dibunuh di rumahnya pada 7 Juli.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pihak berwenang Turki menangkap seorang pria yang dianggap sebagai tersangka penting dalam pembunuhan pada Juli lalu terhadap Presiden Haiti Jovenel Moise. Moise (53 tahun), yang menjabat sejak 2017, ditembak mati di kediaman pribadinya. Adapun istrinya terluka dalam serangan itu.

Sekelompok tentara bayaran Kolombia muncul sebagai tersangka utama. "Saya baru saja melakukan percakapan telepon dengan Menteri Turki, teman saya Mevlut Cavusoglu, untuk berterima kasih kepada Turki atas penangkapan Samir Handal, salah satu orang yang sangat berkepentingan dalam penyelidikan pembunuhan presiden," kata Menteri Luar Negeri Haiti Claude Joseph pada Senin malam (15/11) di Twitter.

 

Sebuah laporan pada Agustus mengatakan, Handal telah menjadi tuan rumah pertemuan di Port-au-Prince yang mencakup partisipasi Emmanuel Sanon, seorang tersangka dalang pembunuhan yang ditangkap pada bulan Juli. Penyelidik yang menggeledah kediaman Sanon menemukan tujuh paspor Haiti dan tiga paspor Palestina bertuliskan nama Handal.

 

Sanon, seorang dokter Haiti-Amerika, mengatakan kepada polisi bahwa Handal telah mengirim empat penjaga keamanan Kolombia untuk melindunginya saat dia berada di Haiti. Demikian disampaikan laporan itu.

 

Media Turki melaporkan pada hari Selasa (16/11) bahwa Handal, yang sedang dicari dengan Interpol Red Notice, ditahan di Bandara Istanbul oleh pihak berwenang saat ia terbang transit dari Amerika Serikat ke Yordania.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement