Ahad 21 Nov 2021 16:16 WIB

Warga Bulgaria Pakai Hak Pilih dalam Pilpres

Presiden petahana siap untuk masa jabatan baru usai memenangkan 49 persen suara.

Warga Bulgaria menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan presiden, Ahad (21/11).
Foto: AP Photo/Valentina Petrova
Warga Bulgaria menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan presiden, Ahad (21/11).

REPUBLIKA.CO.ID, SOFIA -- Rakyat Bulgaria, yang lelah dengan korupsi yang merajalela, menggunakan hak pilihnya untuk memilih presiden berikutnya di negara itu dalam pemilihan putaran kedua pada Ahad. Bulgaria merupakan negara anggota termiskin Uni Eropa di tengah meningkatnya biaya energi dan tingginya angka kematian akibat infeksi virus corona.

Pemungutan suara pada Ahad (21/11) dimulai pada pukul 07.00 pagi waktu setempat dan berakhir pada pukul 08.00 malam waktu setempat. Presiden terpilih Bulgaria akan menjabat pada Januari 2022.

Baca Juga

Presiden petahana Bulgaria Rumen Radev (58 tahun) tampaknya siap untuk masa jabatan baru untuk 5 tahun ke depan setelah memenangkan 49,5 persen suara di putaran pertama pada 14 November. Radev merupakan seorang pendorong perubahan yang bertujuan untuk membersihkan citra Bulgaria sebagai negara anggota Uni Eropa yang paling korup.

Dia bersaing dengan Rektor Universitas Sofia, Anastas Gerdzhikov (58 tahun) yang pada minggu lalu memenangkan 22,8 persen suara. Gerdzhikov didukung oleh politisi terkemuka Bulgaria dalam dekade terakhir, yakni mantan perdana menteri Boyko Borissov yang digulingkan dari kekuasaan pada April.

Jabatan presiden di Bulgaria sebagian besar bersifat seremonial, tetapi menjadi menonjol pada saat krisis politik, yaitu saat kepala negara dapat menunjuk kabinet sementara. Posisi presiden di Bulgaria juga mempunyai tribun yang tinggi untuk mempengaruhi opini publik. 

Radev, yang merupakan seorang mantan komandan angkatan udara, telah mendapatkan popularitas karena dukungan terbukanya untuk protes anti korupsi besar-besaran terhadap Borissov pada 2020. Radev juga menjadi popular karena menunjuk kabinet sementara yang mengungkap kasus kesepakatan gelap untuk proyek pengadaan publik yang dilakukan kabinet kanan-tengah Borissov.

Namun, Borissov telah membantah melakukan kesalahan. Partai anti korupsi baru bernama We Continue The Change (PP), yang didirikan oleh dua pengusaha lulusan Harvard yang diangkat Radev sebagai menteri sementara pada Mei 2021, memenangkan pemilihan parlemen pekan lalu.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement