REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Program Pangan Dunia (WFP) mengatakan krisis pangan di Yaman terus meningkat. Hal itu terjadi di tengah lonjakan harga bahan-bahan pokok yang terus berlanjut.
"Harga pangan dan kelaparan terus meningkat. Tingkat kebutuhan tinggi, dengan ketergantungan para keluarga pada bantuan makanan," kata WFP dalam peringatannya terkait krisis di Yaman, Ahad (21/11), dikutip laman Anadolu Agency.
WFP menyebut, krisis yang berkepanjangan di Yaman, termasuk dalam bidang ekonomi, telah menghancurkan jutaan keluarga. Saat berpidato di sidang Majelis Umum PBB akhir September lalu, Menteri Luar Negeri Yaman Ahmed Awad bin Mubarak meminta komunitas internasional memberikan dukungan keuangan segera untuk negaranya. Ia menyebut hal itu dibutuhkan agar perekonomian Yaman tak runtuh.
Mubarak mengungkapkan langkah-langkah yang diambil negaranya untuk mengurangi dampak ekonomi akibat konflik tidak cukup. "Yaman sangat membutuhkan paket dukungan keuangan, termasuk setoran keuangan mendesak untuk Bank Sentral Yaman guna mencegah keruntuhan lebih lanjut dari ekonomi Yaman dan mata uang nasional," kata Mubarak.
Konflik di Yaman telah berlangsung selama tujuh tahun. Krisis di sana memburuk sejak koalisi pimpinan Arab Saudi melakukan operasi militer untuk mendukung pasukan pemerintah melawan kelompok pemberontak Houthi pada 2015. Houthi menguasai beberapa provinsi, termasuk ibu kota, Sanaa.
Saudi memang memiliki kekhawatiran terhadap Houthi. Riyadh memandang kelompok tersebut sebagai ancaman terhadap keamanannya. Selama ini Houthi dilaporkan memperoleh dukungan dari Iran.
Menurut PBB, konflik Yaman telah merenggut 223 ribu nyawa. Dari 30 juta penduduknya, 80 persen di antaranya kini bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup. PBB telah menyatakan krisis Yaman merupakan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia.