Rabu 24 Nov 2021 20:17 WIB

Sempat Jadi Mimpi Buruk Covid, Apa Kabar India Kini?

India belum pertimbangkan vaksin booster karena warga terinfeksi Covid secara alami

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Orang-orang mengantre untuk mendapatkan vaksin COVID-19 selama perjalanan vaksinasi khusus oleh perusahaan kota di halte bus di Ahmedabad, India, Jumat, 17 September 2021. India belum pertimbangkan vaksin booster karena warga terinfeksi Covid secara alami.
Foto: AP/Ajit Solanki
Orang-orang mengantre untuk mendapatkan vaksin COVID-19 selama perjalanan vaksinasi khusus oleh perusahaan kota di halte bus di Ahmedabad, India, Jumat, 17 September 2021. India belum pertimbangkan vaksin booster karena warga terinfeksi Covid secara alami.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Pertengahan tahun ini perhatian dunia sempat terpusat ke India. Negara yang dipimpin Narendra Modi ini mengalami lonjakan kasus Covid-19. Pemandangan memilukan pun ditampilkan India. Kala itu barisan warga yang mengantre tabung oksigen hingga para petugas krematorium yang kewalahan mengurus jenazah jadi fenomena jamak.

Kini setelah angka kasus terus menurun, pemerintah India belum mempertimbangkan pemberian vaksin booster. Tiga sumber mengatakan pada Reuters hal itu didasari tingginya infeksi alami dan pemerintah yakin untuk saat ini dua dosis vaksin cukup untuk melindungi populasi dari wabah berikutnya.

Setelah pasokan vaksin meningkat, beberapa dokter dan pakar kesehatan publik India mendesak pemerintah mulai menggelar program vaksin booster pada kelompok yang paling rentan seperti yang dilakukan negara-negara Barat. Indonesia juga telah memberikan vaksin booster pada petugas kesehatan.

Salah satu sumber yang terlibat dalam pembahasan kebijakan vaksin India mengatakan pihak berwenang lebih berkonsentrasi untuk menyelesaikan program vaksin dua dosis pada 944 juta orang dewasa pada Januari mendatang sebelum mengganti fokus mereka untuk ekspansi ekspor.

Sejauh ini sudah 81 persen orang dewasa India yang menerima  dosis pertama vaksin virus corona. Sementara 43 persen sudah menerima vaksin lengkap. Vaksin untuk kelompok usia di bawah 18 tahun belum dimulai.

"Prioritasnya adalah mengimunisasi penuh populasi dewasa," kata salah satu sumber, Selasa (23/11). Para sumber menolak menyebutkan nama mereka karena isu ini masih dibahas para pembuat kebijakan.

"Sebagian besar masyarakat sudah terinfeksi alami dan bagi mereka dua dosis vaksin sudah cukup. Itulah mengapa meski baru-baru ini kami menggelar festival-festival tapi angka kasus infeksi tidak naik," jelasnya.

Sumber mengatakan ketika semua orang dewasa sudah divaksin lengkap pemerintah akan membuka pilihan pada vaksin booster. Kementerian Kesehatan India belum menjawab permintaan komentar.

Pada April dan Mei tahun ini angka kasus infeksi dan kematian Covid-19 di India menjadi yang tertinggi di dunia. Survei pemerintah juga telah menunjukkan pada Juli lalu sekitar 70 persen orang India telah terinfeksi secara alami.

Sejuh ini negara itu mencatat 34,5 juta kasus infeksi dan 465 ribu kasus kematian terkait virus corona. India merupakan negara dengan angka positif tertinggi kedua di dunia setelah Amerika Serikat. Walau India menggelar dua festival terbesar mereka sepanjang tahun, Diwali dan Durga Puja, pada Oktober dan November angka kasus infeksi turun ke titik terendah dalam beberapa bulan terakhir.

Banyak negara-negara Barat yang memperluas program vaksin booster meski pada masyarakat yang tidak memiliki masalah kekebalan tubuh. Langkah itu dikritik Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Perusahaan vaksin India seperti Serum Institute of India yang memproduksi vaksin racikan AstraZeneca dan Novavax berharap pemerintah akan mengizinkan vaksin booster pada awal tahun depan. Perusahaan farmasi Dr. Reddy's Laboratories mengatakan mereka sudah berbicara dengan regulator obat-obatan India untuk dapat menjual vaksin Rusia Sputnik Light sebagai dosis booster.

Hingga Senin (21/11) pagi India memiliki 216 juta pasokan vaksin. Sejak April lalu produksi vaksin India naik tiga kali lipat menjadi sekitar 300 juta vaksin per bulan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement