Kamis 25 Nov 2021 03:50 WIB

1.001 Cara China Membungkam Gerakan #MeToo

China mengintimidasi kampanye yang menentang pelecehan seksual #MeToo

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Petenis China Peng Shuai sempat menghilang setelah mengunggah pelecehan seksual dilakukan pejabat China. China mengintimidasi kampanye yang menentang pelecehan seksual #MeToo. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/RITCHIE B. TONGO
Petenis China Peng Shuai sempat menghilang setelah mengunggah pelecehan seksual dilakukan pejabat China. China mengintimidasi kampanye yang menentang pelecehan seksual #MeToo. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Huang Xueqin yang dengan terbuka mendukung perempuan yang menuduh profesornya atas pelecehan seksual ditangkap September lalu. Wang Jianbing yang membantu seorang perempuan melaporkan pelecehan perempuan ditahan bersama perempuan itu. Sejak saat itu tidak diketahui nasib mereka.

Beberapa aktivis hak-hak perempuan difitnah di media sosial dan akun-akun mereka ditutup. Atlet tenis Peng Shuai hilang dari pandangan publik setelah menuduh politikus senior atas pelecehan seksual. Kasus yang terakhir memicu kemarahan internasional.

Baca Juga

Namun di China, Peng hanya satu dari beberapa aktivis dan orang-orang yang melaporkan pelecehan seksual yang dibungkam. Mereka didakwa atas kejahatan tertentu atau dihina dan dibungkam di internet hanya karena berbicara atas kekerasan, pelecehan, dan diskriminasi yang dihadapi perempuan setiap hari.

Ketika Huang membantu meledakkan gerakan #MeToo di China pada 2018, gerakan itu mendapatkan perhatian yang cukup luas dan mencapai sejumlah kesuksesan. Pengesahan undang-undang perdata untuk mendefinisikan kekerasan seksual pertama di China adalah salah satunya.

Namun gerakan tersebut juga mendapat perlawanan keras dari pihak berwenang China. Pemerintah dengan cepat membungkam semua gerakan sosial yang mereka takutkan akan menentang kekuasaan mereka. Pembungkaman semakin intensif pada tahun ini sebagai bagian dari upaya membatasi apa yang dapat diterima wacana publik.

"Dengan terbuka mereka mengecualikan kami dari legitimasi, dari ruang publik yang sah," kata aktivis yang kini tinggal di Amerika Serikat (AS) Lu Pin, Rabu (24/11).

Meski sudah tinggal di AS tapi Lu Pin masih menjadi aktivis dalam isu-isu hak perempuan di China. "Jalan tengah di masyarakat sedang menghilang," katanya.

Salah satu tanda betapa besar ancaman pihak berwenang terhadap gerakan #MeToo dan aktivisme hak-hak perempuan di China, banyak aktivis yang menolak intervensi asing yang kerap dilabelkan sebagai upaya asing mengganggu stabilitas China. Pembungkaman biasanya mengincar aktivis-aktivis yang tidak terlalu terkenal atau tidak berpengaruh. Mereka biasanya bekerja dengan kelompok-kelompok marjinal.

Seorang teman Huang dan Wang mengatakan dua aktivis itu memiliki pengalaman mengadvokasi kelompok terpinggirkan dan telah didakwa atas pasal subversi wewenang negara. Sumber yang tidak diungkapkan namanya itu melihat surat pemberitahuan yang dikirimkan ke keluarga Wang.

Polisi Kota Guangzhou yang menangkap dua aktivis tersebut tidak menjawab permintaan komentar. Dakwaan pada aktivis biasanya sangat kabur dan kerap digunakan pada pembangkang politik.

Keluarga Huang dan Wang tidak pernah mendengar kabar dari dua orang itu lagi sejak mereka ditahan. Keluarga juga tidak bisa menghubungi mereka. Taktik serupa kerap diterapkan pada kasus-kasus politis.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement