REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Federal Bureau of Investigation (FBI) dan Central Intelligence Agency (CIA) memprioritaskan penyelidikan terhadap insiden kesehatan anomali yang secara luas dikenal sebagai sindrom havana. Sindrom ini menyerang ratusan diplomat Amerika Serikat (AS), pejabat, dan keluarga mereka di luar negeri.
Sekitar 200 diplomat AS, pejabat, dan anggota keluarga di luar negeri diyakini terkena penyakit misterius itu. Penyakit tersebut memiliki gejala berupa migrain, mual, gangguan ingatan, dan pusing. Sindrom havana pertama kali dilaporkan di antara pejabat AS di ibu kota Kuba pada 2016.
"Masalah insiden kesehatan yang tidak wajar adalah prioritas utama FBI karena perlindungan, kesehatan, dan kesejahteraan karyawan dan kolega kami di seluruh pemerintah federal adalah yang terpenting," kata FBI dalam sebuah pernyataan.
FBI mengatakan, mereka akan terus bekerja dengan komunitas intelijen untuk mengidentifikasi penyebab penyakit misterius tersebut. "Kami akan melindungi personel kami dengan sebaik-baiknya," ujar FBI.
Para penderita dan anggota parlemen telah mengkritik sejumlah badan negara AS, yang dinilai tidak menganggap serius penyakit misterius itu. Sejumlah pejabat AS dan mantan pejabat AS mengatakan, FBI secara historis skeptis tentang keberadaan sindrom havana.
"FBI menangani semua personel Pemerintah AS yang melaporkan gejala dengan serius," demikian pernyataan FBI.
FBI mengaku telah mengirim pesan kepada stafnya tentang cara merespons dan cara melaporkan jika mereka menderita penyakit tersebut. Mereka yang mengalami sindrom havana dapat menerima perawatan medis.