REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Perwakilan dari lima perusahaan China telah tiba di Afghanistan dengan visa khusus untuk mengeksplorasi sumber daya lithium di negara itu yang diperkirakan bernilai 1 triliun dolar AS. Demikian dilaporkan media pemerintah China, Global Times.
Para pejabat sedang berkunjung ke tempat untuk mengeksplorasi ekstraksi logam yang merupakan sumber daya kritis langka untuk digunakan dalam baterai dan teknologi lain. Bahan itu dianggap penting untuk mengatasi krisis iklim.
Eksplorasi mineral tersebut dilakukan di tengah risiko saat pemerintah sementara di Afghanistan mencoba untuk mengkonsolidasikan kekuasaan.
Sumber, https://www.aa.com.tr/id/dunia/perusahaan-china-mulai-eksplorasi-lithium-di-afghanistan/2431081.
Yu Minghui, direktur China dari Komite Promosi Ekonomi dan Perdagangan China-Arab, mengatakan visa khusus tersedia setelah berkoordinasi dengan Kementerian Pertambangan Afghanistan.
Menurut Yu, para pejabat perusahaan China khawatir tentang jaminan dasar keamanan dan ketertiban sosial di Afghanistan. “Beberapa percaya hubungan persahabatan antara China dan Afghanistan kondusif untuk operasi perusahaan China,” kata Yu.
China telah menjadi pendukung utama pemerintah sementara yang dipimpin Taliban di Afghanistan setelah pasukan AS keluar pada Agustus dan sejak itu terbukti menjadi penyumbang terbesar untuk bantuan kemanusiaan.