REPUBLIKA.CO.ID, LONDON – Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Sabtu (27/11) telah memerintahkan kembali kewajiban mengenakan masker di ruang publik termasuk di transportasi umum. Hal itu menyusul telah ditemukannya kasus Covid-19 varian Omicron di negara tersebut.
Selain pemakaian masker, Johnson memerintahkan agar semua kedatangan internasional harus mengikuti tes polymerase chain reaction (PCR) pada akhir hari kedua mereka. Setelah itu, mereka harus menjalani masa isolasi hingga menerima hasil negatif.
Johnson mengatakan langkah-langkah pencegahan sementara tersebut bakal ditinjau dalam tiga pekan. Para ahli vaksin akan ditugaskan mempertimbangkan apakah akan memperpanjang pemberian dosis booster ke semua warga berusia di atas 18 tahun.
Johnson menduga varian Omicron memiliki kemampuan untuk menyebar sangat cepat. Varian tersebut dicurigai dapat menginfeksi orang-orang yang sudah divaksinasi penuh. Inggris telah mengonfirmasi penemuan dua kasus Omicron pada Sabtu. Kedua pasien yang terinfeksi varian tersebut sempat melakukan perjalanan ke Afrika bagian selatan.
“Setelah pengurutan genom semalam, Badan Keamanan Kesehatan Inggris telah mengonfirmasi dua kasus Covid-19 dengan mutasi yang konsisten dengan B.1.1.529 (Omicron) telah diidentifikasi di Inggris. Kedua kasus itu terkait dan ada kaitan dengan perjalanan ke Afrika (bagian) selatan,” kata Pemerintah Inggris dalam sebuah pernyataan.
Dua pasien yang terinfeksi Omicron masing-masing terdeteksi di Nottingham dan Chelmsford. “Kami telah bergerak cepat dan individu-individu tersebut menjalani isolasi selagi pelacakan kontak sedang berlangsung,” kata Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid.
Saat ini Inggris sudah menerapkan larangan perjalanan dari sejumlah negara Afrika merespons penyebaran varian Omicron. Negara tersebut antara lain Malawi, Mozambik, Zambia, Angola, Afrika Selatan, Namibia, Lesotho, Eswanitin, Zimbabwe, dan Botswana.
Javid menyerukan warga Inggris tetap waspada atas kemunculan varian Omicron. “Ini adalah pengingat nyata bahwa kita belum keluar dari pandemi ini,” kata Javid seraya menyerukan masyarakat memperoleh suntikan vaksin booster.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah menetapkan Omicron sebagai variant of concern. Artinya varian tersebut lebih berbahaya dari Covid-19 versi awal. Hal itu dipicu beberapa faktor misalnya karena lebih menular, mematikan, atau memiliki resistansi terhadap vaksin.