REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Dr Angelique Coetzee, dokter di Afrika Selatan yang pertama kali merawat pasien terinfeksi varian B.1.1.529 yang kemudian dinamai Omicron oleh WHO, kepada Telegraph, Sabtu (27/11), mengungkapkan gejala ringan tapi tak biasa dialami oleh pasiennya. Coetzee juga adalah ketua dari Asosiasi Medis Afrika Selatan.
Coetzee menyatakan, dirinya pertama kali waspada akan kemungkinan munculnya varian baru Corona saat para pasien mulai berdatangan di tempat praktiknya di Pretoria awal November dengan gejala-gejala yang tidak biasa. Yakni, remaja dari latar belakang dan etnis berbeda mengalami kelelahan yang intens dan seorang bayi berusia 6 tahun dengan detak jantung yang tinggi. Tidak ada dari pasien Coetzee yang mengalami kehilangan indera penciuman.
"Gejala yang mereka alami sangat berbeda dan ringan dari pasien yang selama ini saya rawat," kata Coetzee.
Pada 18 November, saat ada empat anggota keluarga dinyatakan positif Covid-19 dengan gejala kelelahan yang hebat, Coetzee langsung meneruskan informasi pasiennya itu kepada Komite Panasihat Vaksin Afrika Selatan. Menurutnya, sekitar 20 pasiennya yang terkonfirmasi positif Covid-19 bergejala seperti yang ia sebutkan di atas, kebanyakan adalah pria sehat yang mendadak merasa sangat lelah.
"Kami punya satu kasus menarik, seorang anak, sekitar 6 tahun usianya, dengan suhu tubuh dan detak jantung yang sangat tinggi, dan saya sempat berpikir apakah saya harus merujuknya. Namun, dua hari kemudian keadaannya jauh membaik," kata Coetzee.
Coetzee menegaskan, bahwa semua pasiennya sebelumnya dalam keadaan sehat. Dan dia khawatir, varian baru ini tetap bisa berakibat parah pada orang tua dengan komorbid seperti diabetes atau penyakit jantung.
“Apa yang harus kita khawatirkan sekarang adalah bahwa ketika orang yang lebih tua dan tidak divaksinasi terinfeksi varian baru, kita akan melihat banyak orang yang mengalami gejala yang parah," ujarnya.