REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Asosiasi Medis Afrika Selatan (SAMA) menyebut orang-orang yang telah terinfeksi Covid-19 varian Omicron tidak mengalami sakit yang parah. Meski demikian, Ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan, Dr Angelique Coetzee mengakui penelitian varian ini masih pada tahap yang sangat awal.
"Pasien kebanyakan mengeluhkan badan pegal-pegal dan lelah, lelah yang luar biasa dan kita melihatnya pada generasi muda, bukan pada orang tua," katanya kepada Telegraph dilansir dari Saudi Gazette, Ahad (28/11).
Coetzee menyatakan, dirinya pertama kali waspada akan kemungkinan munculnya varian baru Corona saat para pasien mulai berdatangan di tempat praktiknya di Pretoria awal November dengan gejala-gejala yang 'tidak biasa'. Yakni, remaja dari latar belakang dan etnis berbeda mengalami kelelahan yang intens dan seorang bayi berusia 6 tahun dengan detak jantung yang tinggi. Tidak ada dari pasien Coetzee yang mengalami kehilangan indera penciuman.
"Gejala yang mereka alami sangat berbeda dan ringan dari pasien yang selama ini saya rawat," kata Coetzee.
Coetzee dilaporkan menjadi dokter Afrika Selatan pertama yang memberi tahu pihak berwenang tentang pasien terinfeksi varian baru B.1.1.529 pada 18 November lalu. Dalam komentar ke media lain, Coetzee khawatir, varian tersebut mungkin akan memiliki efek buruk terhadap orang tua dengan komorbid seperti penyakit jantung atau diabetes.
Omicron telah diklasifikasikan sebagai "varian yang diperhatikan" oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pusat Pengendalian Penyakit Eropa telah menyatakan keprihatinan serius bahwa jenis baru dapat secara signifikan mengurangi efektivitas vaksin yang tersedia dan meningkatkan risiko infeksi ulang.
Menanggapi kabar tersebut, banyak pemerintah di seluruh dunia telah menangguhkan penerbangan penumpang dari beberapa negara Afrika Selatan, termasuk Botswana, Lesotho, Mozambik, Namibia, Zimbabwe, Afrika Selatan, dan Swaziland.