Senin 29 Nov 2021 16:44 WIB

Semakin Banyak Negara yang Mengonfirmasi Temuan Omicron

Penyebaran Omicron yang cepat membuat banyak negara melakukan penutupan

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Penumpang yang mengenakan alat pelindung tiba di Bandara Internasional Incheon, di Incheon, Korea Selatan, 29 November 2021, karena otoritas kesehatan telah memberlakukan larangan masuk bagi kedatangan asing dari delapan negara Afrika, termasuk Afrika Selatan, untuk memblokir masuknya COVID-19 baru varian omicron
Foto:

Menteri Kesehatan Prancis Olivier Veran mengatakan, sementara negaranya belum memiliki kasus yang dikonfirmasi. "Kemungkinan saat ini ada kasus yang beredar," katanya.

Kondisi penyebaran yang cepat ini membuat banyak negara melakukan penutupan. Israel memutuskan untuk melarang masuknya orang asing dan Maroko mengatakan akan menangguhkan semua perjalanan udara yang masuk dari seluruh dunia selama dua pekan mulai Senin (29/11).

Israel bergerak untuk melarang masuknya orang asing dan mengamanatkan karantina bagi semua orang Israel yang datang dari luar negeri. "Pembatasan perbatasan negara bukanlah langkah yang mudah, tetapi ini adalah langkah sementara dan perlu," kata Perdana Menteri Naftali Bennett pada awal pertemuan mingguan Kabinet.

Kepala panel penasihat pemerintah untuk Covid-19, Ran Balicer, mengatakan, langkah-langkah baru diperlukan untuk melawan berbagai ketidaktahuan di sekitar varian baru. Menurut dia, lebih baik bertindak lebih awal dan tegas untuk mencegah penyebarannya.

Kementerian Luar Negeri Maroko menjelaskan melalui akun Twitter pada Ahad bahwa semua perjalanan udara yang masuk ke negara Afrika Utara itu akan ditangguhkan. "Mempertahankan prestasi yang dicapai oleh Maroko dalam perang melawan pandemi dan untuk melindungi kesehatan warga," ujarnya.

Maroko telah menjadi yang terdepan dalam vaksinasi di Afrika. Negara ini pun menutup perbatasannya selama berbulan-bulan pada 2020 karena pandemi.

Banyak negara telah membatasi atau melarang perjalanan dari berbagai negara Afrika bagian selatan. Di antaranya yang terbaru Selandia Baru, Thailand, Indonesia, Singapura, Sri Lanka, Maladewa, Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab. Tempat-tempat yang telah memberlakukan pembatasan termasuk Brasil, Kanada, Uni Eropa, Iran, dan Amerika Serikat.

Langkah pembatasan ini bertentangan dengan saran dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ini telah memperingatkan terhadap reaksi berlebihan sebelum varian tersebut dipelajari secara menyeluruh.

Pemerintah Afrika Selatan menanggapi dengan marah larangan perjalanan. "Mirip dengan menghukum Afrika Selatan karena pengurutan genomiknya yang canggih dan kemampuan untuk mendeteksi varian baru lebih cepat," katanya.

Pejabat Afrika Selatan pun akan mencoba membujuk negara-negara dengan memaksa mereka untuk mempertimbangkan kembali pembatasan. "Meskipun kami menghormati hak semua negara untuk mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk melindungi warganya, kami perlu mengingat pandemi ini membutuhkan kolaborasi dan berbagi keahlian,” kata Menteri Hubungan dan Kerja Sama Internasional Naledi Pandor.

Meskipun belum jelas bagaimana vaksin yang ada bekerja melawan varian omicron, ahli pengobatan pernapasan dan penasihat pemerintah untuk pandemi di Hong Kong David Hui mengatakan, tingkat vaksinasi kota harus ditingkatkan dan dosis booster harus diterapkan secepatnya. Dia mengatakan dua orang yang dites positif varian omicron telah menerima suntikan Pfizer dan menunjukkan gejala yang sangat ringan seperti sakit tenggorokan.

"Vaksin harus bekerja, tetapi akan ada beberapa pengurangan efektivitas," katanya.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement