REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bermaksud tetap menjaga pangkalan udara besar Bagram di bawah kendali AS saat merencanakan penarikan pasukan AS dari Afghanistan ketika masih berkuasa. Ia ingin mempertahankan Bagram bukan karena Afganistan, tapi lantara China.
"Saya akan meninggalkan (Afghanistan), 21 tahun itu sudah cukup. Dan saya menurunkannya menjadi 2.500 tentara dan saya akan mempertahankan Bagram karena Cihna, bukan karena Afghanistan," ujar Trump dalam sebuah wawancara dengan Fox News, seperti dilansir laman Sputnik, Senin (29/11).
"Karena jaraknya hanya satu jam dari nuklir China yang mengganggu, karena itulah tepatnya, di situlah mereka membuat (senjata) nuklir mereka," ujarnya menambahkan.
Trump meyakini bahwa setelah Bagram berada di luar kendali AS, China tertarik untuk mengambil alih pangkalan udara tersebut. Dalam kesempatan wawancara tersebut, Trump juga mencatat cara Joe Biden menyelesaikan penarikan pasukan AS dari Afghanistan.
Menurutnya cara Biden adalah satu-satunya momen paling memalukan dalam sejarah AS. Dalam rencananya, Trump berniat untuk mengebom semua pangkalan lain di Afghanistan sehingga tidak dapat digunakan setelah penarikan AS.
Mantan presiden AS juga secara khusus mengkritik Ketua Kepala Staf Gabungan AS Mark Milley. Menurut Miley akan jauh lebih murah untuk meninggalkan peralatan militer di Afghanistan selama penarikan daripada mengambilnya.
"Dia membuat satu pernyataan yang saya tahu adalah pernyataan yang mengerikan. Dia berkata, 'Pak, lebih murah meninggalkan peralatan daripada mengambilnya. Kami memiliki pesawat yang harganya 98 juta dolar AS," kata Trump.