REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Bank Dunia sedang menyelesaikan proposal untuk mencairkan dana bantuan kemanusiaan senilai 500 juta dolar AS ke Afghanistan. Anggota dewan Bank Dunia dijadwalkan melakukan pertemuan pada Selasa (30/11), untuk membahas proposal tersebut.
Proposal pencairan bantuan kemanusiaan disepakati dalam beberapa pekan terakhir antara pejabat Amerika Serikat (AS) dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Proposal ini akan mengalihkan dana dari Dana Perwalian Rekonstruksi Afghanistan (ARTF), senilai total 1,5 miliar dolar AS. Dana itu akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan yang mendesak di Afghanistan.
Salah satu sumber mengatakan, Bank Dunia akan mentransfer dana tersebut ke badan-badan PBB dan lembaga kemanusiaan lainnya. Sumber tersebut menambahkan, Bank Dunia tidak akan mengawasi dana setelah ditransfer ke Afghanistan. Seorang pejabat AS menekankan bahwa, UNICEF dan lembaga kemanusiaan lainnya memiliki kontrol dan kebijakan mereka sendiri.
"Proposal itu mengatakan, Bank Dunia akan mentransfer uang itu ke PBB dan lembaga kemanusiaan lainnya tanpa pengawasan atau pelaporan apa pun. Tetapi laporan itu tidak mengatakan apa pun tentang sektor keuangan, atau bagaimana uang itu akan masuk ke negara itu (Afghanistan),” kata sumber itu.
Pakar Afghanistan mengatakan, bantuan kemanusiaan Bank Dunia tidak akan menyelesaikan masalah kesenjangan. Karena alokasinya tidak mencakup untuk pembayaran gaji guru dan pegawai pemerintahan.
Para ahli menilai, kurangnya fokus pada guru dan pegawai pemerintah dapat dapat mempercepat runtuhnya sistem pendidikan publik, layanan kesehatan dan layanan sosial Afghanistan. Mereka memperingatkan bahwa, ratusan ribu pekerja yang tidak dibayar selama berbulan-bulan, dapat berhenti bekerja dan bergabung dengan eksodus besar-besaran dari Afghanistan.