REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Kementerian Kesehatan Uni Emirat Arab (UEA) mendeteksi kasus pertama varian Omicron di negara itu, Rabu (1/12). Varian baru diidentifikasi pada seorang perempuan asal Afrika yang melakukan perjalanan dari negara Afrika dan transit melalui negara Arab.
Kantor berita pemerintah UEA, WAM, melaporkan orang itu telah menerima kedua dosis vaksin Covid-19. Otoritas kesehatan mengisolasi dan sedang dipantau. Orang-orang yang berhubungan dengannya pun melakukan diisolasi.
UEA adalah negara Teluk kedua yang mendeteksi kasus infeksi Omicron setelah Arab Saudi mengumumkan kasus pertamanya sehari sebelumnya. WHO telah menyatakan bahwa Omicron, yang terdeteksi bulan lalu di Afrika Selatan, adalah varian yang mengkhawatirkan.
UEA telah mengumumkan pada 26 November menangguhkan masuknya pengunjung dari Afrika Selatan, Namibia, Lesotho, Eswatini, Zimbabwe, Botswana, dan Mozambik. Upaya ini diklaim sebagai tindakan pencegahan terhadap penyebaran Omicron.
Namun, warga Emirat akan diizinkan masuk ke UEA yang berasal dari negara-negara tersebut. Kelonggaran ini didapatkan asal menunjukkan tes Covid-19 negatif yang diperoleh dalam waktu 48 jam setelah keberangkatan, mengikuti tes PCR saat tiba di bandara, dan karantina selama 10 hari.
UEA telah melaporkan pada November bahwa 100 persen populasi telah menerima satu dosis vaksin Covid-19 dan 90,3 persen telah divaksinasi penuh. Negara Teluk itu juga menyediakan suntikan booster vaksin Covid-19 untuk semua orang yang berusia di atas 18 tahun di tengah meningkatnya kekhawatiran atas Omicron.