REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Hamas memuji Malaysia karena menerapkan sikap anti-normalisasi dengan Israel. Menurutnya hal itu menunjukkan solidaritas Negeri Jiran pada perjuangan kemerdekaan Palestina.
“Hamas memuji sikap asli Malaysia yang menolak semua bentuk normalisasi dengan musuh Zionis, dan yang terbaru menolak masuknya tim olahraga Zionis ke negaranya,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan pada Rabu (1/12), dikutip laman Middle East Monitor.
Malaysia memang telah menolak kontingen Israel yang hendak berpartisipasi dalam Men's World Team Squash Championship. Kegiatan tersebut rencananya digelar 7 Desember mendatang. Karena menolak masuknya delegasi Israel, the International Squash Committee membatalkan hak Malaysia menjadi tuan rumah turnamen tersebut.
Hamas mengaku menyesalkan keputusan yang diambil the International Squash Committee terhadap Malaysia. “Kami menegaskan kembali solidaritas kami dengan hak Malaysia untuk menjadi tuan rumah turnamen ini dan acara internasional lainnya tanpa harus menerima delegasi Zionis,” ujar Hamas.
Hamas menegaskan, entitas Zionis tidak pantas berpartisipasi dalam forum internasional. “Israel bertanggung jawab atas kejahatannya di semua bidang,” kata Hamas.
Akhir bulan lalu, Hamas mengecam keras penandatanganan kerja sama keamanan, intelijen, dan militer antara Maroko dan Israel, Menurut mereka, itu menjadi kekalahan baru bagi dunia Arab. “Pengumuman kompromi antara Maroko dan rezim pendudukan (Israel) merupakan kekalahan baru bagi kemapanan (regional) Arab yang rapuh,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan pada 27 November lalu, dikutip laman Fars News Agency.
Hamas kembali menyuarakan kecamannya atas langkah Maroko menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel. “Langkah rezim yang memerintah Maroko menuju normalisasi dengan rezim Israel sama saja dengan pengkhianatan terhadap prinsip-prinsip Islam dan Arab serta mundur dalam menghadapi masalah Palestina,” ujarnya.
Maroko resmi melakukan normalisasi diplomatik dengan Israel tahun lalu. Ia menjadi negara Muslim keempat yang mengambil langkah demikian. Sebelumnya Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Sudan sudah terlebih dulu memilih memulihkan hubungan dengan Tel Aviv.