REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA - Omicron, salah satu varian dari virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan infeksi penyakit Covid-19 diprediksi akan dominan di Eropa dalam beberapa bulan mendatang. Sejauh ini, belum ada kasus Covid-19 dengan gejala parah akibat Omicron di Eropa. Namun, perkiraan dapat memberikan bobot pada informasi awal tentang penularan varian tersebut yang sangat tinggi, bahkan kemungkinan di atas varian Delta.
“Berdasarkan pemodelan matematika yang dilakukan oleh ECDC, ada indikasi Omicron dapat menyebabkan lebih dari setengah dari semua infeksi SARS-CoV-2 di Uni Eropa (UE) dan Wilayah Ekonomi Eropa (EEA) dalam beberapa bulan ke depan," ujar Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC) dalam sebuah pernyataan, dilansir Reuters, Jumat (3/12).
Sejauh ini tidak ada bukti konklusif tentang penularan Omicron. Namun, kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di bidang Covid-19 Maria van Kerkhove mengatakan lembaganya diharapkan memiliki data tentang varian ini dalam beberapa hari. Sebelumnya penasihat ilmiah utama Pemerintah Prancis Jean-Francois Delfraissy mengatakan Omicron dapat menggantikan posisi Delta pada akhir Januari 2022.
ECDC mengatakan Eropa sejauh ini mencatat 79 kasus varian Omicron yang pertama kali terdeteksi di Afrika selatan bulan lalu. Setengah dari kasus tersebut tidak menunjukkan gejala dan setengah lainnya hanya menunjukkan gejala ringan.
Tidak ada kasus yang menunjukkan penyakit parah, rawat inap, atau kematian. Dari kasus-kasus yang memiliki data usia dan status vaksinasi, mayoritas masih muda dan telah divaksinasi dengan dosis penuh.
ECDC tidak memberikan rincian lebih lanjut, tetapi mencatat karena orang-orang yang bersangkutan adalah pelancong, mereka juga dapat dianggap lebih sehat daripada populasi umum. Direktur ECDC Andrea Ammon dalam pernyataannya menyebut vaksinasi bagi orang-orang yang belum atau belum mendapatkan dosis penuh hingga booster untuk mereka yang berusia di atas 40 tahun sangat penting.
Langkah-langkah yang ditetapkan seperti menjaga jarak fisik, ventilasi yang memadai di ruang tertutup, dan orang-orang yang bekerja dari rumah jika sedang sakit atau tidak enak badan juga terbukti efektif dalam mengurangi penularan Covid-19.