Sabtu 04 Dec 2021 14:22 WIB

UEA Borong 80 Jet Tempur Rafale Prancis

UEA membeli 80 jet tempur Rafale Prancis senilai senilai 19 miliar dolar AS

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
 Staf militer berdiri di samping jet tempur Rafale yang akan lepas landas dari kapal induk Prancis Charles de Gaulle di laut, di lepas pantai kota Hyeres, Prancis, 23 Januari 2020. UEA membeli 80 jet tempur Rafale Prancis senilai senilai 19 miliar dolar AS. Ilustrasi.
Foto:

Negosiasi untuk jet tempur Rafale terbilang alot karena memakan waktu lebih dari 10 tahun. Abu Dhabi secara terbuka menolak tawaran Prancis untuk memasok 60 jet Rafale pada 2011 dengan alasan tidak kompetitif dan tidak bisa dijalankan. Abu Dhabi sudah memiliki pesawat tempur Mirage 2000 buatan Prancis sebelumnya.

Sumber-sumber pertahanan mengatakan Rafale akan menggantikan armada Mirage 2000 tetapi tidak mungkin menggantikan F-35 buatan Amerika karena UEA terus melindungi keamanannya dengan dua pemasok utama, Prancis dan Amerika Serikat. Kesepakatan itu tetap dapat dilihat sebagai sinyal ketidaksabaran karena Kongres AS ragu-ragu untuk menyetujui kesepakatan F-35 di tengah kekhawatiran tentang hubungan UEA dengan China, termasuk prevalensi teknologi 5G Huawei di negara tersebut.

Abu Dhabi juga memesan 12 helikopter Caracal. Ini adalah nama kode Prancis untuk H225M versi militer multi-peran dari Super Puma.

Prancis memiliki hubungan yang dalam dengan UEA dan merupakan salah satu pemasok senjata utamanya. Namun Prancis menghadapi tekanan yang meningkat untuk meninjau penjualannya karena konflik antara koalisi militer yang dipimpin Saudi dan pemberontak Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman.

"Prancis terus melanjutkan penjualan ini meskipun UEA memainkan peran utama dalam operasi militer yang diwarnai kekejaman yang dipimpin oleh koalisi pimpinan Saudi di Yaman," kata Human Rights Watch dalam sebuah pernyataan.

"Namun, UEA menempati peringkat sebagai pelanggan senjata terbesar ke-5 Prancis antara 2011 dan 2020. Presiden Prancis harus mengecam pelanggaran hak asasi manusia di tiga negara ini," ujar HRW melanjutkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement