Kamis 09 Dec 2021 07:55 WIB

Data: Vaksin Booster Pfizer/BioNTech Bisa Melawan Omicron

Pfizer dan BioNTech mengeklaim vaksin Covid-19 boosternya mampu melawan Omicron

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Seseorang berjalan melewati kantor pusat Pfizer di New York, New York, AS, 09 November 2021. Pfizer dan BioNTech mengeklaim vaksin Covid-19 boosternya mampu melawan Omicron.
Foto: EPA-EFE/JUSTIN LANE
Seseorang berjalan melewati kantor pusat Pfizer di New York, New York, AS, 09 November 2021. Pfizer dan BioNTech mengeklaim vaksin Covid-19 boosternya mampu melawan Omicron.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Pfizer dan BioNTech mengeklaim vaksin Covid-19 tiga-dosisnya mampu melawan varian Omicron dalam uji laboratorium. Temuan tersebut menjadi pertanda awal bahwa dosis penguat (booster) bisa menjadi kunci dalam melindungi manusia dari varian baru virus corona itu.

Kedua perusahaan itu mengatakan dua dosis vaksin mereka menghasilkan antibodi penetralisasiyang jauh lebih rendah, tapi masih dapat melindungi dari penyakit parah. "Garis pertahanan pertama, dengan dua dosis vaksinasi, mungkin bisa ditembus (virus) dan tiga dosis vaksinasi diperlukan untuk mengembalikan perlindungan," kata Direktur Medis BioNTech Ozlem Tuereci dalam konferensi pers.

Baca Juga

Pfizer-BioNTech juga mengatakan mereka bisa menyediakan vaksin khusus untuk melawan Omicron pada Maret 2022 jika diperlukan. Kedua perusahaan itu menjadi produsen pertama vaksin Covid-19 yang merilis perkembangan kemanjuran vaksin mereka terhadap Omicron.

Dalam sampel darah yang diambil sekitar sebulan setelah dosis ketiga diberikan, varian Omicron dinetralisasi dengan efektivitas yang sama dengan dua dosis yang menghalau varian asli yang ditemukan di China. "Data baru dari Pfizer tentang efektivitas vaksin terhadap Omicron membesarkan hati," kata Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam cuitannya pada Rabu (8/12).

"Siapa pun yang memenuhi syarat dan belum disuntik dosis ketiga sebaiknya mendapatkan suntikan booster hari ini," ujar Biden.

CEO BioNTech Ugur Sahin menyarankan agar negara-negara mempertimbangkan untuk mengurangi jarak waktu pemberian vaksin antara dosis kedua dan ketiga untuk melawan varian baru itu. Dia menyebut langkah sejumlah negara, termasuk Inggris, yang memberikan dosis booster tiga bulan setelah dosis kedua, bukan enam bulan seperti sebelumnya.

"Kami yakin inilah cara yang tepat untuk dilakukan, khususnya jika Omicron semakin menyebar, untuk memberikan tingkat perlindungan yang lebih baik di musim dingin," kata Sahin.

Dr. Walter Orenstein, profesor di Vanderbilt dan mantan direktur program imunisasi CDC AS, menilai data itu menggembirakan karena menunjukkan vaksin saat ini masih bisa digunakan untuk melawan Omicron. "Kita mungkin tak harus mengubah vaksinnya," kata dia.

"Kita mungkin mampu mengatasi (Omicron) dengan vaksin yang ada sekarang, setidaknya untuk mencegah penyakit parah," ungkap Orenstein.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement