REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Perusahaan keamanan siber Amerika Serikat (AS) Insikt Group mengatakan perentas China yang tampaknya disponsori pemerintah menyerang berbagai organisasi pemerintah dan sektor swasta di seluruh Asia Tenggara. Termasuk negara-negara yang terlibat dalam proyek pembangunan infrastruktur dengan Beijing.
Insikt Group yang merupakan divisi penelitian risiko Recorded Future menambahkan target-target spesifik yang diincar antara lain kantor perdana menteri dan angkatan darat Thailand, Angkatan Laut Indonesia dan Filipina, parlemen dan kantor pusat Partai Komunis Vietnam, serta Kementerian Pertahanan Malaysia.
Insikt mengatakan selama sembilan bulan terakhir peretas menyusup ke berbagai organisasi pemerintah dan militer dengan menggunakan virus yang masih bagian dari malware seperti Funnydream dan Chinoxy. Perangkat khusus itu tidak tersedia di publik dan digunakan beberapa kelompok yang diyakini disponsori pemerintah China.
Insikt menambahkan serangan-serangan itu juga berkaitan dengan tujuan ekonomi dan politik pemerintah China. Hal ini memperkuat dugaan Beijing mensponsori para peratas.
"Kami yakin aktivitas ini sangat mungkin dilakukan aktor negara karena mengawasi target yang akan disusupi dalam jangka waktu lama di target pemerintah dan politik bernilai tinggi konsisten dengan aktivitas spionase siber, ditambah dengan tautan teknik yang diidentifikasi pada aktivitas yang diketahui disponsori pemerintah Cina," kata Insikt, Kamis (9/12).
Kementerian Luar Negeri China belum menanggapi permintaan komentar mengenai tuduhan ini. Sebelumnya pihak berwenang China selalu membantah segala bentuk peretasan yang disponsori negara. Mereka menegaskan China merupakan target serangan siber.
Insikt Group mengatakan Malaysia, Indonesia, dan Vietnam tiga negara teratas yang paling banyak disusupi. Peretas juga mengincar Myanmar, Filipina, Laos, Thailand, Singapura, dan Kamboja.
Perusahaan itu menambahkan mereka mengirimkan notifikasi mengenai serangan siber tersebut pada semua negara yang menjadi target pada Oktober lalu ketika kemungkinan para peretas masih melakukan aktivitas penyusupan. "Sepanjang tahun 2021, Insikt Group melacak operasi spionase siber yang mengincar kantor perdana menteri, entitas militer, dan departemen-departemen pemerintah penuntut Laut China Selatan seperti Vietnam, Malaysia, dan Filipina," kata perusahaan itu.
"Sebagai tambahan, di periode yang sama organisasi di Indonesia dan Thailand juga menjadi korban," tambah mereka.