Pada akhir Oktober lalu, AstraZeneca mengumumkan bahwa koktail atau campuran obat antibodi eksperimentalnya, yakni tixagevimab dan cilgavimab, berhasil mengurangi kasus penyakit parah atau kematian pada pasien Covid-19 non-rawat inap. Kesimpulan itu didapat dari uji coba tahap akhir produsen obat asal Inggris tersebut.
Obat yang awalnya disebut AZD7442 dan kini diberi nama Evusheld itu mampu mengurangi risiko penyakit parah Covid-19 atau kematian sebanyak 50 persen pada pasien yang mengalami gejala selama tujuh hari atau kurang. Hasil itu memenuhi tujuan utama pengujian.
Tixagevimab dan cilgavimab didesain untuk menempel pada spike protein SARS-CoV-2 di dua lokasi berbeda. Dengan begitu, obat antibodi ini diharapkan dapat menghentikan virus masuk ke sel tubuh dan menyebabkan infeksi.
Mengingat kedua antibodi monoklonal tersebut menempel di di bagian protein yang berbeda, kombinasi keduanya dapat lebih efektif daripada hanya satu jenis saja. Evusheld diberikan melalui suntikan ke otot tubuh dengan dosis 150mg tixagevimab dan 150mg cilgavimab.
"Pemberian antibodi kami di awal (infeksi) mampu mengurangi potensi penyakit parah secara signifikan, dengan perlindungan berkelanjutan selama lebih dari enam bulan," kata Mene Pangalos, wakil presiden eksekutif R&D biofarmasi AstraZeneca.
AstraZeneca juga mengembangkan koktail tersebut sebagai terapi untuk melindungi orang-orang yang tidak memiliki respons imun yang cukup kuat terhadap vaksin Covid-19. Pada Oktober lalu mereka telah mengajukan izin penggunaan darurat kepada regulator AS agar produknya boleh digunakan sebagai obat pencegahan infeksi SARS-CoV-2.