REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW - Rusia mengancam mungkin terpaksa akan mengerahkan rudal nuklir jarak menengah di Eropa. Moskow harus mengambil langkah tegas jika NATO menolak untuk terlibat dalam mencegah eskalasi.
Peringatan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov itu meningkatkan risiko penumpukan senjata baru. Ini pun bakal menjadi ketegangan Timur-Barat yang semakin meruncing dan menjadi paling buruk sejak Perang Dingin berakhir tiga dekade lalu.
Ryabkov mengatakan negaranya akan terpaksa bertindak jika Barat menolak untuk bergabung dalam moratorium kekuatan nuklir jarak menengah (INF) di Eropa. INF merupakan bagian dari paket jaminan keamanan yang dicari Rusia sebagai harga untuk meredakan krisis di Ukraina.
"Kurangnya kemajuan menuju solusi politik dan diplomatik akan membuat Rusia menanggapi dengan cara militer, dengan teknologi militer," ujar Ryabkov kepada kantor berita Rusia RIA.
"Artinya, ini akan menjadi konfrontasi, ini akan menjadi putaran berikutnya," katanya merujuk pada potensi penyebaran rudal oleh Rusia.
Senjata nuklir jarak menengah yang memiliki jangkauan 500 hingga 5.500 kilometer dilarang di Eropa berdasarkan perjanjian 1987 antara pemimpin Soviet saat itu, Mikhail Gorbachev, dan Presiden AS Ronald Reagan. Perjanjian kala itu dipuji sebagai pelonggaran besar ketegangan Perang Dingin. Pada 1991, kedua belah pihak telah menghancurkan hampir 2.700 senjata nuklir mereka.