Rabu 15 Dec 2021 13:08 WIB

Omicron Berpotensi Membuat RS di Inggris Kewalahan

Menkes Inggris laporkan Omicron menyebar sangat cepat dan bisa membanjiri rumah sakit

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Komuter di kereta bawah tanah London memakai masker wajah untuk mengekang penyebaran COVID-19, sekarang wajib di angkutan umum di Inggris setelah munculnya varian Omicron baru, di London, Selasa, 30 November 2021. Menkes Inggris laporkan Omicron menyebar sangat cepat dan bisa membanjiri rumah sakit.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Inggris melaporkan kasus kematian pertama terhadap pasien Covid-19 yang teridentifikasi varian Omicron. Menteri Kesehatan (Menkes) Inggris Sajid Javid mengatakan varian Omicron menyebar begitu cepat sehingga sangat berpotensi membanjiri rumah sakit Inggris. Dia pun menyoroti perlunya memperkuat pembatasan dan mempercepat vaksinasi dosis ketiga atau booster.

"Omicron sangat menular sehingga bahkan jika terbukti tidak terlalu parah dibandingkan varian lainnya, masih ada kemungkinan lonjakan penerimaan rumah sakit jika dibiarkan," kata Menteri Kesehatan Inggris Sajid Javid kepada anggota parlemen.

Baca Juga

Selama pandemi, tujuan utama pemerintah Inggris adalah mencegah National Health Service (NHS) kewalahan oleh pasien Covid-19. Ini sangat penting selama musim dingin, ketika rumah sakit di Inggris sering mengalami lonjakan kasus flu dan penyakit lain yang berhubungan dengan cuaca dingin.

Profesor Chris Whitty, kepala petugas medis Inggris, mengatakan kepada para menteri pemerintah bahwa terlalu dini untuk mengetahui tingkat keparahan penyakit yang akan ditimbulkan oleh Omicron. Namun, ujar dia, kita waspada terhadap peningkatan yang signifikan dalam rawat inap.

Selama sepekan terakhir, rata-rata 811 orang sehari dirawat di rumah sakit karena Covid-19. Saat ini ada sekitar 7.400 pasien virus corona di rumah sakit Inggris. Jumlah itu turun dari puncaknya lebih dari 39 ribu pada pertengahan Januari. Hanya 10 dari mereka yang dinyatakan positif varian Omicron.

"Keterlambatan antara infeksi dan rawat inap adalah sekitar dua pekan," kata Javid. "Dengan infeksi yang meningkat begitu cepat, kita kemungkinan akan melihat peningkatan substansial dalam rawat inap sebelum tindakan apa pun mulai berdampak. Jadi benar-benar tidak ada waktu untuk kalah," katanya.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement