REPUBLIKA.CO.ID,MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Cina Xi Jinping mengadakan pertemuan melalui panggilan video, pada Rabu (15/12). Dalam sambutannya, Putin mengatakan bahwa hubungan China dan Rusia dapat menjadi contoh kerja sama antarnegara yang saling menghormati dan memegang prinsip.
“Sebuah model kerja sama baru telah terbentuk di antara negara-negara kita, berdasarkan pada berbagai prinsip seperti tidak mencampuri urusan dalam negeri (satu sama lain), menghormati kepentingan satu sama lain, tekad untuk mengubah perbatasan bersama menjadi sabuk perdamaian abadi, dan sikap bertetangga yang baik,” kata Putin, dilansir Aljazirah.
Senada dengan Putin, Xi mengatakan bahwa, Rusia sangat mendukung upaya Cina untuk melindungi kepentingan nasional. Rusia dengan tegas menentang upaya untuk membuat perpecahan dengan China.
“Saya sangat menghargainya,” kata Xi.
Ketegangan antara Rusia dan negara-negara Barat telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir, karena pengerahan pasukan militer Rusia di dekat perbatasan Ukraina. Pemerintah Ukraina menuduh Moskow mengerahkan puluhan ribu tentara sebagai persiapan untuk melakukan serangan militer skala besar. Kremlin menyangkal tudingan tersebut, dan mengatakan bahwa Barat dicengkeram oleh Russophobia.
Aljazirah melaporkan, pertemuan tingkat tinggi itu akan meningkatkan kepercayaan antara Cina dan Rusia. Sebelumnya juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan, Putin dan Xi akan membahas ketegangan di Eropa dan retorika agresif dari Amerika Serikat dan NATO.
“Situasi dalam urusan internasional, terutama di benua Eropa, sangat, sangat tegang saat ini dan membutuhkan diskusi antara sekutu. Kami melihat retorika yang sangat agresif di pihak NATO dan AS, dan ini membutuhkan diskusi antara kami dan Cina," kata Peskov.
Sementara juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Wang Wenbin, mengatakan, pertemuan itu diharapkan dapat lebih meningkatkan rasa saling percaya antara kedua belah pihak. Rusia telah membangun hubungan yang lebih dekat dengan China, karena hubungannya yang memburuk dengan Barat memburuk.
Putin telah memanfaatkan kemitraan dengan Cina sebagai cara untuk menyeimbangkan pengaruh AS, sembari mencapai kesepakatan yang menguntungkan, terutama di bidang energi. Putin dan Xi sepakat untuk memperpanjang hubungam persahabatan dan perjanjian kerja sama selama 20 tahun ke depan.
Rusia dan China tidak hanya bekerja sama secara militer tetapi juga memperkuat hubungan di bidang diplomatik dan ekonomi. Sebagian besar negara Barat menganggap hubungan Cina dan Rusia sebagai ancaman yang berpotensi berkembang terhadap kepentingan Barat.
Pertemuan Putin dan Xi, berlangsung delapan hari setelah Rusia melakukan panggilan video dengan Amerika Serikat (AS). Dalam pertemuan tersebut, Presiden AS Joe Biden memperingatkan Putin agar tidak menyerang Ukraina. Putin kemudian mengatakan kepada Biden bahwa, Rusia membutuhkan jaminan keamanan yang mengikat secara hukum dari Barat.
Rusia dan China telah menghadapi sanksi AS atas kebijakan internal mereka di masa lalu. Cina menghadapi sanksi atas pelanggaran terhadap etnis minoritas, terutama Muslim Uighur di Xinjiang, dan tindakan kerasnya terhadap gerakan pro-demokrasi di Hong Kong. Rizky Jaramaya