Jumat 17 Dec 2021 05:05 WIB

Ukraina Desak Uni Eropa Jatuhkan Sanksi Terhadap Rusia

Presiden Ukraina mendesak Uni Eropa untuk segera menjatuhkan sanksi baru ke Rusia

Rep: Rizky Jaramaya/Kamran Dikarma/ Red: Christiyaningsih
 Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mendesak Uni Eropa untuk segera menjatuhkan sanksi baru ke Rusia. Ilustrasi.
Foto: AP/Eduardo Munoz/Pool Reuters
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mendesak Uni Eropa untuk segera menjatuhkan sanksi baru ke Rusia. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mendesak Uni Eropa untuk segera menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia. Zelensky mengatakan sanksi dapat mencegah peningkatan eskalasi jika diberikan sebelum konflik bersenjata meletus.

"Kami memiliki perang yang telah berlangsung selama delapan tahun. Kami memahami sanksi akan menjadi mekanisme untuk pencegahan eskalasi jika dijatuhkan sebelum konflik bersenjata," ujar Zelensky dilansir Anadolu Agency, Kamis (16/12).

Baca Juga

Zelensky menjelaskan Kiev siap untuk memasuki negosiasi dengan Moskow untuk mengurangi ketegangan. Namun Zelensky mencatat Presiden Rusia Vladimir Putin sejauh ini tidak bersedia untuk bernegosiasi.

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menekankan Rusia akan terkena sanksi ekonomi terberat jika menyerang Ukraina. Seorang sumber mengatakan sanksi tersebut dapat menargetkan bank-bank terbesar Rusia.

Seorang pejabat senior pemerintahan Biden menyebut tim Biden telah mengidentifikasi sejumlah sanksi ekonomi jika Rusia melancarkan invasi.

Sebuah sumber terpisah yang mengetahui situasi tersebut mengatakan AS mempertimbangkan untuk menargetan sanksi terhadap lingkaran dalam Presiden Vladimir Putin.

CNN melaporkan Amerika Serikat dapat mengambil langkah ekstrem untuk memutus Rusia dari sistem pembayaran internasional SWIFT, yang digunakan oleh bank-bank di seluruh dunia. Sementara Bloomberg melaporkan Amerika Serikat dan sekutu Eropa sedang mempertimbangkan sanksi yang menargetkan Dana Investasi Langsung Rusia. Amerika Serikat juga dapat membatasi kemampuan investor untuk membeli utang Rusia di pasar sekunder.

Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan negaranya dapat menjatuhkan sanksi yang menimbulkan kerugian finansial jika Rusia melakukan invasi terhadap Ukraina. Sementara Biden menyatakan pemerintah AS telah mengembangkan sejumlah inisiatif sanksi yang akan menyulitkan Putin.

"Kami akan mengambil langkah-langkah ekonomi berdampak tinggi yang telah kami hindari di masa lalu," ujar Blinken.

Selama dekade terakhir, AS telah menjatuhkan berbagai sanksi terhadap entitas dan individu Rusia. Sebagian besar sanksi terkait dengan invasi dan pencaplokan Krimea oleh Rusia, pada 2014. Amerika Serikat juga telah menghukum Rusia atas campur tangan pemilu, aktivitas siber berbahaya, dan pelanggaran hak asasi manusia.

Sanksi yang sekarang dikenakan pada Rusia termasuk pembekuan aset, larangan berbisnis dengan perusahaan AS dan penolakan masuk ke Amerika Serikat. Belum lama ini, AS dan sekutu Eropa telah sepakat memberikan hukuman finansial yang lebih besar terhadap Rusia.

Salah satunya, memblokir Rusia dari sistem pembayaran keuangan SWIFT yang berbasis di Belgia. Sistem keuangan tersebut memindahkan uang di antara ribuan bank di seluruh dunia. Parlemen Eropa menyetujui resolusi tidak mengikat yang menyerukan langkah itu, jika Rusia menginvasi Ukraina.

Saat ini Rusia dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tengah terlibat ketegangan di Ukraina. NATO, termasuk Amerika Serikat (AS), telah menjamin dukungan penuh pada Kiev untuk menghadapi potensi serangan Moskow. Ukraina sebenarnya bukan anggota NATO.

Sebelumnya Presiden Rusia Vladimir Putin telah meminta jaminan Barat bahwa NATO tidak akan melakukan ekspansi lebih lanjut ke Ukraina. Menurutnya, langkah semacam itu menimbulkan ancaman langsung terhadap keamanan Moskow. Pada saat bersamaan, beberapa negara Barat, termasuk AS dan Inggris telah memperingatkan dan melayangkan ancaman kepada Rusia agar tak menyerang Ukraina. Mereka siap menerapkan sanksi ekonomi keras.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement