REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan Rusia siap bernegosiasi dengan Amerika Serikat (AS) dan NATO terkait meningkatnya ketegangan dengan Ukraina. Rusia telah menyerahkan rancangan dokumen yang menguraikan pengaturan keamanan yang akan dinegosiasikan.
Peskov menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin kemungkinan akan kembali melakukan pembicaraan dengan Presiden AS Joe Biden sebelum akhir tahun untuk membahas masalah keamanan. Peskov pada Kamis (16/12) mengatakan Rusia telah menyerahkan rancangan perjanjian dan kesepakatan ke Amerika Serikat. Namun dia menolak untuk menjelaskan lebih lanjut perihal isi rancangan tersebut.
Peskov menuturkan penasihat urusan luar negeri Putin, Yuri Ushakov, membahas rancangan perjanjian keamanan tersebut dengan Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan pada Rabu (15/12). Proposal itu diserahkan ke Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Urusan Eropa dan Eurasia, Karen Donfried, di Moskow. Donfried mengunjungi Moskow pada Rabu dan bertemu dengan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov.
"Ryabkov siap untuk melakukan pembicaraan lebih lanjut mengenai proposal itu," kata Peskov tanpa memberikan rincian.
Pekan lalu, Ryabkov memperingatkan kegagalan untuk membendung ketegangan Rusia-Barat dapat mendorong ke pertikaian yang serupa dengan Krisis Rudal Kuba 1962 yang menempatkan dunia di ambang perang nuklir. Pejabat intelijen AS mengatakan Rusia telah memindahkan 70 ribu pasukan militer ke perbatasan dengan Ukraina.
Rusia kemungkinan akan melakukan invasi ke Ukraina pada awal tahun depan. Moskow membantah tuduhan mereka akan melakukan serangan ke Ukraina.
Pada 2014, Moskow mulai mendukung pasukan separatis di Ukraina timur untuk melawan pemerintah pusat. Kebijakan ini telah dipertahankan selama tujuh tahun terakhir. Uni Eropa telah menerapkan langkah-langkah pembatasan dalam menanggapi krisis Ukraina sejak 2014. Saat ini, sebanyak 185 orang dan 48 entitas masuk ke dalam daftar hitam Eropa karena melanggar integritas dan kedaulatan teritorial Ukraina.