REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara pada Jumat (17/12) memperingati 10 tahun kematian mantan pemimpin mereka, Kim Jong Il, sekaligus menandai satu dekade pemerintahan Kim Jong Un. Dalam peringatan tersebut, pemerintah Korea Utara menyerukan persatuan dan loyalitas terhadap negara.
Peringatan kematian Kim Jong Il ditandai dengan sirine yang meraung selama tiga menit. Ketika sirine berbunyi, warga Korea Utara terdiam dan membungkuk untuk menghormati Kim Jong Il. Mobil, kereta api, dan kapal membunyikan klakson. Sementara bendera nasional diturunkan menjadi setengah tiang. Sejumlah warga berbondong-bondong datang ke Bukit Mansu, Pyongyang untuk meletakkan bunga dan membungkuk di depan patung raksasa Kim Jong Il dan Kim Il Sung.
“Jenderal besar kita (Kim Jong Il) mengalami begitu banyak kesulitan untuk membangun dan mencapai apa yang diinginkan rakyat," ujar seorang warga Pyongyang, Won Jong-Rim, kepada The Associated Press.
Pada setiap peringatan kematian ayahnya, Kim Jong Un selalu pergi ke makam ayahnya dan kakeknya untuk memberikan penghormatan. Surat kabar yang dikelola pemerintah menerbitkan artikel yang memuja Kim Jong Il dan menyerukan persatuan yang lebih besar di bawah pemerintahan Kim Jong Un.
“Kita harus melakukan segala upaya untuk meningkatkan persatuan, dengan berdiri bersama dan bersatu di belakang rekan yang dihormati Kim Jong Un,” kata surat kabar utama Korea Utara, Rodong Sinmun, dalam sebuah editorial.
Kim Jong Un naik takhta sebagai pemimpin Korea Utara pada 2011 setelah ayahnya, Kim Jong Il, meninggal dunia. Kim Jong-Un telah mendapatkan kekuasaan absolut serupa dengan ayahnya dan kakeknya, Kim Il Sung. Di bawah kepemimpinan Kim Jong Un, tanda-tanda stabilitas politik masih belum terlihat. Selain itu, warga Korea Utara semakin terjerat karena krisis ekonomi akibat sanksi internasional atas program nuklir negara tersebut.
Selama 10 tahun pemerintahan Kim Jong Un, Korea Utara telah melakukan 62 putaran uji coba rudal balistik yang dilarang oleh beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB. Jumlah uji coba tersebut lebih besar dibandingkan dengan sembilan putaran uji coba rudal selama 46 tahun pemerintahan Kim Il Sung. Kemudian selama 17 tahun pemerintahan Kim Jong Il, Korea Utara melakukan 22 uji coba rudal.
Empat dari enam uji coba nuklir Korea Utara dan tiga peluncuran rudal balistik antarbenua terjadi di bawah pemerintahan Kim Jong Un. Uji coba senjata Korea Utara pada 2016-2017 mendapatkan sanksi yang lebih keras dari PBB.