REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Beberapa pengamat politik Barat menilai Rusia tahu tuntutan mereka pada NATO dan Amerika Serikat (AS) tidak realistis. Walau pun permintaan tidak dipenuhi, tapi akan memberikan distraksi diplomatik sementara sehingga mereka apat terus melakukan tekanan militer pada Ukraina.
"Ada sesuatu yang sangat salah dengan gambaran ini, sisi politik tampaknya menjadi tabir asap," kata pakar Rusia dari lembaga penelitian CNA, Michael Kofman di Twitter, Sabtu (18/12).
Rusia meminta jaminan yang mengikat secara hukum kepada NATO agar menghentikan semua aktivitas militernya di Eropa Timur dan Ukraina. Rusia juga meminta agar AS menyingkirkan senjata nuklirnya dari Eropa.
Moskow juga menuntut agar batalion multinasional NATO ditarik dari Polandia dan negara-negara Baltik yang pernah menjadi bagian Uni Soviet seperti Estonia, Latvia dan Lithuania. Tuntutan itu berisi elemen-elemen yang sudah ditolak oleh negara-negara Barat. Seperti hak veto Rusia pada keanggotaan Ukraina di NATO di masa depan.
Profesor politik Rusia, King's College London, Sam Greene mengatakan Presiden Vladimir Putin menarik garis sekitar ruang Uni Soviet dan menanam tanda 'menjauh'. "Ini bukan perjanjian, ini deklarasi," katanya.
"Tapi tidak berarti ini awal perang, ini merupakan pembenaran bagi Moskow untuk mengambil sikap, agar Washington dan yang lainnya kehilangan keseimbangan," kata Greene.
Tuntutan-tuntutan tersebut disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov. Ia mengatakan Rusia dan negara-negara Barat harus membersihkan ketegangan untuk memulai hubungan baru.
"Langkah yang ditempuh Amerika Serikat dan NATO beberapa tahun terakhir ini yang dengan agresif memanaskan situasi keamanan sama sekali tidak dapat diterima dan sangat berbahaya," katanya.
Ryabkov mengatakan Rusia tidak ingin berada di situasi saat ini lebih lama lagi. Ia mendesak Washington untuk segera menanggapi tuntutan ini dengan konstruktif.
Ia mengatakan Rusia siap menggelar pembicaraan pada Sabtu ini di Jenewa. Tapi kemudian kantor berita Rusia, TASS mengutip Ryabkov yang mengaku sangat kecewa dengan sinyal dari Washington dan NATO.
Moskow menyerahkan proposalnya ke AS pada pekan ini ketika ketegangan mengenai penumpukan pasukan Rusia di Ukraina kian memanas. Rusia mengatakan hal itu dilakukan untuk menanggapi ancaman bagi keamanannya sendiri karena Ukraina meningkatkan hubungannya dengan NATO. Kiev juga ingin menjadi anggota NATO walaupun belum ada prospek nyata.
Permintaan Rusia ke NATO dan AS disusun ke dalam dua dokumen satu rancangan kesepakatan dengan negara-negara NATO dan satu rancangan perjanjian dengan AS. Keduanya keluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Rusia.