Senin 20 Dec 2021 12:46 WIB

Laporan: Perang Udara AS di Timur Tengah Cacat Intelijen

Dokumen Pentagon telah menandai perang udara AS di Timur Tengah cacat intelijen

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
Dalam file foto 28 Januari 2012 ini, tentara AS, bagian dari Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO berpatroli di barat Kabul, Afghanistan. Dokumen Pentagon telah menandai perang udara AS di Timur Tengah cacat intelijen.
Foto: AP/Hoshang Hashimi, File
Dalam file foto 28 Januari 2012 ini, tentara AS, bagian dari Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO berpatroli di barat Kabul, Afghanistan. Dokumen Pentagon telah menandai perang udara AS di Timur Tengah cacat intelijen.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- New York Times melaporkan perang udara Amerika Serikat (AS) di Timur Tengah mengalami kegagalan. Dokumen Pentagon telah menandai perang udara tersebut dengan "kecacatan intelijen yang mendalam" dan "penargetan yang salah" karena mengakibatkan kematian lebih dari 1.000 warga sipil selama dekade terakhir.

New York Times mengatakan dokumen rahasia Pentagon yang mencakup lebih dari 1.300 laporan korban sipil telah melemahkan gambaran pemerintah AS tentang perang yang dilakukan dengan bom presisi. Pemerintah AS tidak memenuhi janji transparansi dan akuntabilitas terhadap perang di Timur Tengah.

Baca Juga

“Tidak satu pun catatan yang diberikan mencakup temuan kesalahan atau tindakan disipliner,” tulis laporan New York Times.

Investigasi New York Times menunjukkan jumlah kematian warga sipil telah dikurangi secara drastis hingga beberapa ratus. Dalam laporannya, surat kabar itu meninjau sejumlah serangan udara yang menewaskan warga sipil terbunuh, tetapi pemerintah AS tidak mengakui kesalahan.

Serangan udara pada Juli 2016 telah menewaskan 120 penduduk di pinggiran desa Tokhar, Suriah. Dalam serangan itu, 85 pejuang ISIS dilaporkan tewas.

Kemudian ada laporan soal serangan udara pada November 2015 di wilayah Ramadi di Irak. Serangan dilakukan setelah seseorang terlihat menyeret benda tak dikenal dan berat ke situs ISIS. Setelah dilakukan peninjauan, target serangan itu adalah seorang anak. Warga sipil yang selamat dari serangan udara AS mengalami cacat yang membutuhkan perawatan mahal.

Rekaman pengawasan yang buruk atau tidak memadai sering berkontribusi pada kegagalan penargetan yang mematikan. Juru bicara Komando Pusat AS, Bill Urban, menjelaskan kesalahan dapat terjadi meski sudah menggunakan teknologi terbaik dunia.

"Bahkan dengan teknologi terbaik di dunia, kesalahan tetap terjadi, baik berdasarkan informasi yang tidak lengkap atau salah tafsir atas informasi yang tersedia. Dan kami mencoba belajar dari kesalahan itu. Kami berupaya untuk menghindari bahaya seperti itu. Kami menyelidiki setiap contoh yang kredibel. Kami menyesali setiap hilangnya nyawa tak berdosa," ujar Urban dilansir Aljazirah, Senin (20/12).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement