REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan negaranya mempererat kerja sama pertahanan dan keamanan dengan China. Dia menyebut saat ini kedua negara berkolaborasi mengembangkan senjata berteknologi canggih.
Putin mengungkapkan angkatan bersenjata China sebagian besar dilengkapi dengan sistem senjata paling canggih. Hal itu menjadi salah satu alasan Rusia menjalin kerja sama pertahanan dengan China.
“Kami bahkan bersama-sama mengembangkan jenis senjata berteknologi tinggi tertentu. Kami bekerja di (bidang) luar angkasa, pesawat udara, dan helikopter,” kata Putin dalam konferensi pers tahunan presiden Rusia, Kamis (23/12), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.
Rusia dan China juga mengadakan latihan militer dan perang internasional bersama, termasuk patroli di udara serta laut. “(Rusia-China) benar-benar memiliki kemitraan strategis yang komprehensif,” ujar Putin.
Pada 15 Desember lalu, Putin dan Presiden China Xi Jinping mengadakan pertemuan bilateral virtual. Selain hubungan bilateral, mereka pun membahas isu-isu regional dan global. Pada awal pertemuan, Putin menyebut Xi sebagai teman lama. Dia kemudian mengapresiasi hubungan Rusia-China yang selama ini telah terjalin baik. “Saya menganggap hubungan kita sebagai model sejati kerja sama antarnegara untuk abad ke-21,” kata Putin, dikutip laman Bloomberg.
Putin dan Xi sepakat menolak intervensi Barat terhadap negara mereka. “Saat ini, kekuatan internasional tertentu dengan kedok 'demokrasi' serta 'hak asasi manusia' mencampuri urusan dalam negeri China dan Rusia, dan secara brutal menginjak-injak hukum internasional dan norma-norma hubungan internasional yang diakui," terang Xi.
Xi mengatakan China dan Rusia harus meningkatkan upaya bersama untuk lebih efektif menjaga kepentingan keamanan kedua belah pihak. Menurut penasihat presiden Rusia untuk urusan luar negeri, Yuri Ushakov, dalam pertemuan virtual itu, Xi menawarkan dukungan kepada Putin atas dorongannya memperoleh jaminan keamanan mengikat bagi Moskow dari Barat. Hal itu terkait dengan ketegangan di Ukraina. Xi, kata Ushakov, mengaku memahami kekhawatiran Rusia.