Ahad 26 Dec 2021 08:25 WIB

Mandeknya Pemasokan Bahan Mentah Akan Terus Berlangsung Tahun Depan?

Dunia industri alami kelangkaan bahan mentah, terutama semikonduktor dari Cina.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Jonathan Hayward/The Canadian Press/AP/picture alliance
Jonathan Hayward/The Canadian Press/AP/picture alliance

Tahun 2021, prospek ekonomi sebenarnya cukup baik. Setelah dunia mengalami lockdown di berbagai tempat setahun sebelumnya, vaksinasi meredakan penyebaran pandemi. Berbagai pelonggaran membuat banyak orang lega, dan ingin berbelanja lagi. Apalagi setahun sebelumnya banyak pengeluaran yang direncanakan akhirnya dibatalkan, misalnya rencana liburan dan belanja barang.

Ketika pelonggaran mulai dilakukan dan restoran serta tempat-tempat hiburan kembali dibuka, konsumen menyambutnya dengan pergi berbelanja, berlibur dan memenuhi tempat-tempat hiburan. Animo yang besar ini bahkan sempat mengagetkan para pebisnis dan pedagang, yang belum siap menghadapi serbuan pelanggan.

Permintaan barang dan jasa mendadak melonjak, ketika jalur pemasokan barang belum pulih. Akibatnya harga-harga naik, demikian juga tingkat inflasi. Industri dan bisnis hampir di seluruh dunia harus menunggu pemasokan barang, terutama semikonduktor dari Cina.

Kekurangan peti kemas untuk pengiriman barang

Yang dicari konsumen terutama barang-barang elektronik seperti komputer, smartphone dan peralatan elektronik rumah tangga sampai mobil baru. Banyak pedagang harus menunggu lama sampai barang dagangan pesanannya tiba.

Yang langka bukan hanya barang, melainkan juga peti kemas untuk mengangkut barang-barang itu. Masalahnya adalah " kendala fisik di pelabuhan," kata Coleman Nee, ekonom senior di Organisasi Perdagangan Dunia WTO kepada DW. Dia menambahkan, angkutan udara yang digunakan untuk membawa barang-barang seperti semikonduktor, juga harus berjuang untuk memenuhi permintaan yang tinggi.

Ramainya pemesanan dan permintaan barang yang tiba-tiba melonjak, menyebabkan kemacetan besar di pelabuhan-pelabuhan AS dan Eropa, terutama karena distribusi dan ketersediaan peti kemas tidak merata secara global. Pembongkaran barang di pelabuhan-pelabuhan tujuan berlangsung lambat karena pembatasan corona. Akibatnya, peti kemas yang kosong butuh berminggu-minggu sampai bisa dikirim kembali ke Asia.

Hal itu menyebabkan harga peti kemas melonjak ke rekor tertinggi, karena perusahaan-perusahaan berlomba untuk mendapatkan peti kemas dan mengirimkan barang mereka. Menurut perusahaan ekspedisi Drewry, biaya rata-rata untuk pengkutan kontainer ukuran 40 kaki lewat laut sampai pertengahan Desember tahun ini mencapai 9.300 dolar AS, naik 170 persen dibanding setahun sebelumnya.

Kemacetan rantai pasokan akan tetap ada

Peti kemas sekarang menghabiskan 20% lebih banyak waktu dalam perjalanan daripada masa sebelum pandemi, kata Jan Hoffmann, kepala cabang logistik perdagangan di UNCTAD kepada DW.

"Jadi sebenarnya diperlukan 20% lebih banyak peti kemas, tapi itu tidak ada", katanya.

Industri otomotif termasuk yang paling terpukul. Kekurangan chip komputer, yang telah menjadi komponen penting dalam mobil modern yang dilengkapi dengan fitur seperti layar sentuh dan sistem navigasi, telah memaksa para produsen mobil untuk menutup sementara beberapa pabrik mereka.

Di zona euro, produksi kendaraan di Jerman turun 30% dibandingkan tahun 2019 sebelum ada pandemi. Berkurangnya ketersediaan mobil baru dan tingkat persediaan yang rendah juga berdampak pada penjualan global. Angka penjualan mobil antara April dan September tahun ini turun 20%, menurut Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan, OECD.

Krisis rantai pasokan ini tidak bisa ditangani dengan cepat, kata Angel Talavera dari Oxford Economics. "Tidak mungkin untuk mengantisipasi waktu yang tepat, kapan masalah rantai pasokan akan mereda. Tetapi kalau situasi kesehatan membaik, dan rotasi pelayanan global kembali berjalan, ini akan mengurangi tekanan pada rantai pasokan," jelasnya. Situasi perlahan akan pulih, lanjutnya. Tentu saja, kalau virus corona tidak bermutasi dan memunculkan varian berbahaya yang kembali memutuskan rantai pasokan global.

(hp/yp)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement