REPUBLIKA.CO.ID, OUAGADOUGOU -- Pihak berwenang Burkina Faso mendeklarasikan hari berkabung selama dua hari setelah pemberontak membunuh 41 orang milisi sipil yang didukung pemerintah. Peristiwa tersebut terjadi pada gurun sebelah utara negara itu pekan ini.
Pada Ahad (26/12) pihak berwenang mengatakan Kamis (23/12) lalu sekelompok pejuang sipil yang didanai dan dilatih pemerintah, Homeland Defence Volunteers (VDP) diserang di sebuah tempat terpencil di selatan Provinsi Loroum. VDP dibentuk untuk menahan pemberontak.
Serangan tersebut menjadi pukulan paling keras yang pernah dialami milisi sipil. Terjadi satu bulan setelah pemberontak membantai 53 orang di pos militer Burkina Faso, serangan terburuk terhadap pasukan keamanan negara itu selama bertahun-tahun.
"Dalam peristiwa yang menyakitkan ini dan sebagai penghormatan bagi keberanian VDP dan rakyat sipil yang gugur dalam mempertahankan tanah air, Presiden Burkina Faso mengeluarkan dekrit, hari berkabung nasional selama 48 jam mulai Ahad ini," kata juru bicara pemerintah Alkassoum Maiga dalam pernyataannya.
Rakyat Burkina Faso sudah berulang kali memprotes kegagalan pemerintah dalam menanggulangi pemberontakan selama empat tahun terakhir. Pemberontakan itu telah menewaskan ribuan orang di wilayah Sahel dan memaksa lebih dari satu juga orang meninggalkan rumah mereka.
Pemberontak yang memiliki koneksi dengan Alqaidah dan ISIS telah menimbulkan banyak korban. Hampir setiap pekan mereka berhasil membunuh tentara-tentara Burkina Faso, Niger dan Mali dalam serangan-serangan acak.
Angkatan Bersenjata Burkina Faso mengatakan dalam operasi serangan yang melibatkan ratusan tentara gabungan Burkina Faso dan Niger berhasil membunuh sekitar 100 anggota pemberontak pada awal bulan. Angkatan Bersenjata juga menyita senjata, bom rakitan, dan ratusan sepeda motor.