REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Sejumlah anggota Taliban dilaporkan menembaki para wanita yang berpartisipasi dalam demonstrasi di Kabul, Afghanistan, Selasa (28/12). Belum diketahui apakah terdapat korban luka maupun tewas akibat tindakan tersebut.
Menurut laporan kantor berita Afghanistan, Asvaka, penembakan itu terjadi di dekat rumah sakit organisasi kemanusiaan darurat Italia. Asvaka tak melaporkan apakah ada korban dalam kejadian tersebut. Taliban pun belum mengonfirmasi atau memberi keterangan resmi.
Sebelumnya stasiun televisi Afghanistan, yakni TOLOnews Tv, memberitakan tentang sekelompok wanita Afghanistan yang menggelar unjuk rasa. Mereka menuntut agar hak-hak mereka diperhatikan. Selain itu, mereka menghendaki adanya peningkatan kualitas hidup.
Itu bukan kali pertama wanita Afghanistan menggelar demonstrasi dan melayangkan tuntutan kepada Taliban selaku penguasa baru Afghanistan. Pada 16 Desember lalu, puluhan wanita Afghanistan juga melakukan unjuk rasa untuk menuntut hak atas pendidikan, pekerjaan, dan perwakilan politik.
Meskipun kegiatan protes publik sebenarnya dilarang, tapi otoritas Taliban memberi mereka izin melaksanakan aksi penyampaian pendapat. Dalam aksi 16 Desember lalu, puluhan wanita Afghanistan meneriakkan tiga kata yakni "makanan, karier, dan kebebasan".
Ada pula peserta aksi yang mengacungkan papan bertuliskan tuntutan agar perempuan mendapatkan jabatan politik. Meski diizinkan untuk menggelar protes, mereka tak menampik tetap ada rasa ketakutan kepada pemerintahan Taliban. “Ketakutan selalu ada, tapi kita tidak bisa hidup dalam ketakutan. Kita harus melawan ketakutan kita,” kata Shahera Kohistan (28 tahun), salah satu perempuan yang berpartisipasi dalam aksi demonstrasi di Kabul, dikutip laman Al Arabiya.
Tak hanya tuntutan perihal hak, para peserta aksi juga membentangkan spanduk yang menggemakan keluhan Taliban perihal sanksi berupa pembekuan aset miliaran dolar milik Afghanistan. Sanksi itu dinilai turut berperan dalam memperdalam krisis yang sedang berlangsung di negara tersebut.
Sejak Taliban menguasai kembali Afghanistan pada Agustus lalu, Amerika Serikat (AS) membekukan aset senilai sekitar 9 miliar dolar AS milik negara tersebut. Taliban telah berulang kali meminta Washington agar mencairkan aset itu.