REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau CDC mengatakan varian omicron menyalip varian delta sebagai strain dominan yang beredar di Amerika Serikat (AS) . Jumlahnya terhitung hampir 60 persen dari semua varian.
Dilansir dari usnews.com pada Rabu (29/12), varian delta yang telah dominan sejak bulan-bulan musim panas tetap yang paling umum. Menurut perkiraan CDC, terhitung 77 persen dari varian delta, dengan omicron pada 22,5 persen. Pada minggu berikutnya yang berakhir pada 25 Desember, delta hanya mencapai 41,1 persen sementara omicron naik menjadi 58,6 persen.
"Perkiraan proporsi varian untuk minggu-minggu sebelumnya dapat berubah karena lebih banyak data yang dilaporkan," kata CDC.
Varian omicron yang menyebar dengan cepat pertama kali diidentifikasi sebagai varian yang menjadi perhatian pada akhir November. Varian ini pertama kali dilaporkan di AS pada 1 Desember 2021. Sejak itu, para peneliti telah mengidentifikasi bahwa varian yang sangat bermutasi lebih mudah menular daripada varian sebelumnya, meskipun penelitian terbaru menunjukkan mungkin lebih ringan.
Meski begitu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan agar tidak mengesampingkan omicron sebagai hal yang ringan. WHO mengatakan dengan penularan yang semakin cepat berpotensi membanjiri sistem kesehatan yang tidak siap.
Ahli penyakit menular Amerika Serikat (AS) Dr. Anthony Fauci mengatakan, mandat vaksin untuk perjalanan udara domestik harus dipertimbangkan, Senin (27/12). Desakan ini mempertimbangkan meningkatnya kasus Covid-19 dan kondisi cuaca yang memburuk.
Booster vaksin
Booster digadang-gadang menjadi cara untuk melawan variab omicron. Bangadesh pada Selasa (28/12) mulai memberikan dosis booster (penguat) vaksin COVID-19.
Suntikan booster diberikan kepada petugas di lini terdepan penanganan COVID-19 dan kaum lansia berusia 60 tahun ke atas yang menerima dosis kedua minimal enam bulan lalu. Program booster dimulai di ibu kota Dhaka sambil pemerintah merencanakan perluasan program tersebut, katanya.
Bangladesh telah menyuntikkan sekitar 132 juta vaksin COVID-19 dan 27 persen dari populasinya sudah mendapatkan dosis kedua. Sejauh ini tercatat lebih dari 1,5 juta kasus dan 28.062 kematian COVID-19 di Bangladesh sejak pandemi melanda.