REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Perusahaan swasta Turki dan Qatar telah sepakat untuk mengoperasikan lima bandara di Afghanistan secara bersama-sama. Namun operasional bandara masih menunggu kesepakatan akhir dengan Taliban.
Menteri Luar Negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, mengatakan, penandatanganan kesepakatan untuk mengoperasikan lima bandara Afghanistan telah dilakukan pada awal bulan ini di Doha. Cavusoglu mengatakan, Uni Emirat Arab (UEA) juga menyatakan minatnya untuk bergabung dengan perusahaan Turki dan Qatar dalam mengoperasikan bandara di Afghanistan.
UEA sebelumnya mengoperasikan bagian sipil bandara Kabul, sebelum Taliban kembali berkuasa. Cavusoglu mengatakan, masalah operasional bandara di Afghanistan menjadi salah satu yang dibahas selama kunjungan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed ke Turki pada akhir November lalu.
"Mereka mengatakan 'mungkin kita dapat menjalankan pekerjaan secara trilateral' tetapi tidak pernah ada proposal yang konkret. Kami juga belum mengajukan proposal kepada mereka. Tetapi mengoperasikan bandara muncul dalam agenda," kata kata Cavusoglu, dilansir Al Arabiya, Rabu (29/12).
Pejabat Turki dan Qatar tidak banyak bicara tentang rincian nota kesepahaman untuk mengoperasikan bandara Afghanistan. Mereka juga menolak menyebutkan perusahaan mana yang akan terlibat.
Juru bicara Kementerian Penerbangan Sipil Afghanistan di bawah kepemimpinan Taliban, Imamuddin Ahmadi menanggapi spekulasi yang meningkat bahwa ada kesepakatan tertentu untuk mengoperasikan bandara. Ahmadi mengatakan, sejauh ini belum ada penandatanganan kesepakatan untuk mengoperasikan bandara.
Taliban telah menolak tawaran Turki untuk memberikan keamanan bagi bandara Kabul. Namun Cavusoglu telah menekankan bahwa tidak ada kesepakatan yang dapat dicapai sampai kelompok Taliban mengizinkan operator asing terpercaya, untuk mengamankan bandara.