REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Mantan presiden Afghanistan Ashraf Ghani telah memecah keheningan dengan wawancara pertamanya sejak melarikan diri dari Kabul empat bulan lalu. Dia pada dasarnya menyalahkan komunitas internasional dan khususnya Amerika Serikat (AS) atas jatuhnya negara itu ke tangan Taliban.
Ghani berbicara dengan mantan kepala staf pertahanan Inggris, Jenderal Sir Nick Carter, yang menjadi editor tamu program Today BBC Radio 4. Carter bertanya apa yang akan Ghani katakan kepada orang-orang Afghanistan ketika banyak dari warga Kabul menyalahkannya sebagai pemimpin atas bencana saat ini.
Ghani mengatakan kesalahan terbesarnya adalah mengandalkan sekutu Afghanistan. "Apa yang mereka salahkan untuk saya, mereka memiliki hak penuh, saya percaya pada kemitraan internasional kami dan menempuh jalan itu," jawabnya.
"Kita semua membuat kesalahan besar dengan asumsi kesabaran masyarakat internasional akan bertahan lama," ujar Ghani.
Ghani mengkritik Washington karena membiarkan pemerintahnya keluar dari pembicaraan damai selama bertahun-tahun dengan Taliban. Dia mengklaim bahwa kesepakatan yang ditandatangani di bawah utusan perdamaian AS Zalmay Khalilzad pada dasarnya mengorbankan warga Afghanistan untuk kelancaran keberangkatan pasukan AS.
"Dari segi proses, dari segi hasil, tanggung jawab jelas ada pada tim (Amerika). Kami tidak pernah diberi kesempatan untuk duduk bersama mereka (Taliban). Duta Besar Khalilzad duduk bersama mereka, itu menjadi masalah Amerika, bukan masalah Afghanistan. Mereka menghapus kita," kata Ghani.
Khalilzad mengatakan dalam wawancaranya sendiri dengan program Today bahwa runtuhnya Afghanistan itu karena kegagalan kepemimpinan Afghanistan dan pasukan Afghanistan yang tidak melawan keras serangan Taliban. Enam bulan lalu, kedua pria itu termasuk di antara tokoh paling berpengaruh yang membentuk masa depan Afghanistan. Sekarang tidak ada yang mau menerima tanggung jawab atas tragedi yang mengintai negara itu.
Carter bertanya kepada mantan presiden Ghani tentang penyesalan pribadi yang muncul dalam 100 hari terakhir. Ia tidak menyebutkan krisis kemanusiaan, tetapi menyesali kerusakan reputasi dan warisannya. "Pekerjaan saya telah hancur. Nilai-nilai saya telah diinjak-injak dan saya dijadikan kambing hitam," kata Ghani dikutip dari The Guardian.