REPUBLIKA.CO.ID,SEOUL -- Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un berjanji membangun kemampuan militer Pyongyang dalam beberapa tahun ke depan. Tapi ia tidak menyinggung negosiasi denuklirisasi Semenanjung Korea dengan Amerika Serikat yang saat ini masih mengalami kebuntuan.
"Semakin tidak stabilnya lingkungan militer di Semananjung Korea dan politik internasional telah memicu seruan untuk mendorong dengan keras rencana pertahanan nasional kami tanpa penundaan," kata Kim dikutip dari New York Post, Ahad (2/1).
Kantor berita Korut, Korean Central News Agency melaporkan pernyataan ini disampaikan dalam pidato di pertemuan partai berkuasa. Kim tidak banyak mengungkapkan detail peningkatan militer alih-alih ia membahas isu-isu domestik. seperti pembangunan di pendesaan dan seragam sekolah.
"Tugas utama yang dihadapi partai kami dan rakyat tahun depan adalah membawa perubahan luar biasa dalam pembangunan negara dan standar hidup rakyat," kata Kim.
Rezim Korut menolak tawaran vaksin Covid-19 dari masyarakat internasional dan membatasi perdagangan dengan Cina untuk melindungi diri dari virus korona. Kim mengatakan program isolasi nasional masih menjadi 'prioritas nomor 1' Korut.
Dalam pidato tersebut ia juga menyinggung pentingnya 'kerja pencegahan epidemi darurat'. Korut tidak mengakui satu pun kasus infeksi virus korona. Pengamat menilai Korut akan membayar harga mahal atas pilihan mereka tersebut.
Berdasarkan perkiraan yang dirilis pemerintah Korea Selatan (Korsel) pekan lalu, pandemi berkontribusi pada 4,5 persen kontraksi ekonomi Korut pada 2020. Banjir juga menurunkan produksi biji-bijian sebesar 5,2 persen dibanding tahun 2019.
Organisasi Pangan Dunia (WFO) memperingatkan Korut terancam di ambang malnutrisi bahkan kelaparan. Sebab rezim mengalami kelangkaan biji-bijian.
Dalam pidatonya diktator itu berjanji 'meningkatkan produksi pertanian untuk mengatasi 'masalah pangan'. Salah satu masalah yang ia singgung mengenai 'kesulitan' ekonomi Korut.
Pertemuan partai berkuasa menutup masa berkabung selama 11 hari untuk mengenang Kim Jong Il yang meninggal 2011 lalu. Kim Jong Un melarang warganya tertawa selama 11 hari.
Pada awal tahun ini surat kabar pemerintah Korut, Rodong Sinmun meminta tentara negara itu menjadi 'benteng tak tertembus dan tembok anti-peluru yang setiap membela (Kim) dengan nyawa mereka'.