Senin 03 Jan 2022 12:44 WIB

Sepanjang 2021, Jerman Jadi Tujuan Pencari Suaka

Pemerintah Jerman menyerukan kebijakan migrasi "berwawasan ke depan dan realistis''.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Armin Weigel/dpa/picture alliance
Armin Weigel/dpa/picture alliance

Surat kabar Jerman Welt am Sonntag melaporkan, Ahad (2/1), mayoritas permohonan suaka di Jerman pada 2021 berasal dari orang-orang yang tidak terdaftar di perbatasan luar Uni Eropa (UE).

Dikutip dari data Kantor Federal untuk Migrasi dan Pengungsi (BAMF) menunjukkan,  53 persen pelamar kali pertama yang berusia 14 tahun ke atas tidak terdaftar di basis data sidik jari Eurodac selama 11 bulan pertama tahun 2021.

Dari 74.837 data sidik jari pemohon yang memenuhi kriteria lalu dibandingkan basis data UE, yang menunjukkan, 35.245 pemohon sebelumnya telah mengajukan status pengungsi.

Secara total, sebanyak 172.370 klaim suaka, termasuk anak-anak, telah diajukan di Jerman dari Januari hingga November 2021.

Eurodac didirikan pada 2003 untuk menangani identifikasi sidik jari setiap orang yang mengajukan permohonan suaka di negara UE mana pun. Banyak orang dilaporkan datang tanpa memiliki dokumen fisik identifikasi diri di blok itu.

Suaka harus diajukan pada saat kedatangan

Data BAMF mengungkapkan, banyak pengungsi di Jerman belum mengajukan klaim suaka ketika mereka pertama kali menginjakkan kaki di tanah UE, seperti di Yunani, Italia, Polandia, atau Lithuania yang berada di perbatasan darat atau laut blok tersebut.

Di bawah peraturan Dublin III UE, aplikasi suaka harus didaftarkan di negara kedatangan, yang kemudian bertanggung jawab untuk memproses permintaan perlindungan orang tersebut.

Salah satu prinsip dari peraturan tersebut adalah untuk mencegah pendaftaraan aplikasi suaka yang sama di beberapa negara UE.

Namun, negara-negara di Eropa selatan dan timur mengeluh, mereka menanggung beban yang lebih berat, ketika sebagian besar pemohon suaka lebih suka mengungsi di negara-negara kaya di Eropa barat dan utara.

Skenario itu juga telah dicap tidak dapat dijalankan, karena sebagian besar pengungsi berpindah antara negara-negara UE dan pemohon suaka jarang kembali ke negara kedatangan mereka.

Karena Jerman tidak terletak di perbatasan eksternal UE, di bawah aturan Dublin jumlah klaim suaka di sana seharusnya jauh lebih rendah.

Jerman menerima lebih banyak pemohon

Data dari badan statistik UE Eurostat menunjukkan, persentase Jerman dari semua klaim suaka yang dibuat di UE adalah 28,4 persen, Prancis 20 persen, Spanyol 11 persen, dan Italia  8 persen.

Alexander Throm, juru bicara blok kanan-tengah di parlemen Jerman, Bundestag, mengatakan data tersebut "secara drastis menunjukkan disfungsi sistem Dublin."

Kepada Welt am Sonntag, Throm mengatakan, pendaftaran dan pemulangan pencari suaka adalah prinsip dasar sistem suaka UE. Throm meminta pemerintah koalisi baru Jerman untuk menuntut kepatuhan yang lebih baik terhadap aturan Dublin.

"Membebaskan negara-negara Uni Eropa lainnya dengan redistribusi secara tidak proporsional meskipun ada kekurangan pendaftaran, seperti yang dibayangkan oleh perjanjian koalisi, adalah sinyal yang salah," kata Throm.

Perjanjian koalisi Pemerintah Jerman menyerukan kebijakan migrasi "berwawasan ke depan dan realistis" dan menambahkan "migrasi tidak teratur" harus dikurangi.

rap/ha (AFP, KNA)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement