Senin 03 Jan 2022 14:32 WIB

Nasib Warga Korsel Membelot ke Korut Belum Diketahui

Warga Korsel itu melewati garis perbatasan kedua negara yang dijaga ketat.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Perbatasan Korut dan Korsel.
Foto: AP
Perbatasan Korut dan Korsel.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Militer Korea Selatan (Korsel) mengatakan, seorang warga Korsel menyeberang ke Korea Utara (Korsel). Orang itu melewati garis perbatasan yang dijaga ketat.

Kepala Staf Gabungan (JCS) Angkatan Bersenjata Korsel menggelar operasi pencarian setelah mendeteksi orang itu di bagian timur Zona Demiliterisasi Korea (DMZ) pada Sabtu (1/1) pukul 21.20 waktu setempat.  

Baca Juga

"Kami mengonfirmasi orang itu menyeberangi Garis Perbatasan Demarkrasi Militer sekitar pukul 22.40 dan membelot ke Korut," kata JCS, Ahad (2/1).

JCS belum dapat mengonfirmasi apakah orang itu masih hidup. Tapi sudah mengirimkan pemberitahuan ke Korut melalui saluran khusus militer untuk meminta perlindungan.

"Kemarin kami sudah mengirimkan notifikasi ke Korut untuk melindungi warga kami dan belum ada respond ari Korut," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel, Boo Seung-chan seperti dikutip CNN, Senin (3/12).

Ia menambahkan, tidak ada pergerakan tak biasa dari militer Korut perihal insiden ini. Warga Korsel dilarang melewati perbatasan itu setelah Korut menerapkan kebijakan penutupan perbatasan Covid-19 pada awal 2020 walaupun Pyongyang mengaku tidak ada infeksi virus corona di negara itu.

Terjadi gejolak di publik dan politik setelah tentara diketahui Korut menembak mati seorang nelayan Korsel yang hilang di laut pada September 2020 lalu. Pyongyang menyalahkan aturan pembatasan Covid-19 dan meminta maaf.

Dua bulan kemudian, pemimpin Korut Kim Jong-un mendeklarasikan darurat nasional dan menutup perbatasan setelah pembelot Korut yang mengatakan memiliki gejala Covid-19 menyeberang dari Korut ke Korsel. Pyongyang menutup Korut dan membatasi pergerakan antar provinsi.

Hal ini mendorong jumlah warga Korut yang menyeberang ke Korsel turun drastis. Hubungan lintas batas memburuk setelah negosiasi nuklir antara Pyongyang dan Washington mengalami kebuntuan.

Korsel yang didukung AS pada dasarnya masih berperang dengan Korut. Sebab Perang Korea yang berlangsung dari tahun 1950 hingga 1953 diakhiri dengan gencatan senjata bukan perjanjian damai.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement