Pemerintah Jerman pada Selasa (4/1) mengakhiri aturan ketatnya untuk turis yang masuk dari sejumlah negara dengan tingkat infeksi omicron sangat tinggi.
Sembilan negara, termasuk Inggris dan Afrika Selatan, serta beberapa negara Afrika lainnya, sebelumnya masuk dalam daftar negara yang menjadi perhatian khusus Jerman pada akhir 2021.
Apa saja perubahan aturannya?
Badan Pengawas Pandemi Jerman, Robert Koch Institut (RKI), mengumumkan pada Kamis (30/12), mulai Selasa (4/1), tidak ada lagi negara yang akan dimasukkan dalam daftar yang menjadi perhatian karena varian omicron.
Varian yang sangat menular itu pertama kali tercatat di Afrika Selatan dan dengan cepat menyebar ke seluruh dunia. Inggris menjadi salah satu negara paling parah terkena omicron, dengan kasus melonjak ke rekor tertinggi. Tingkat infeksi yang tinggi kemudian tercatat di beberapa negara lain, termasuk Jerman, Prancis, dan Denmark.
Pembatasan bagi pelancong yang memasuki Jerman dari negara-negara dalam daftar area yang menjadi perhatian, mencakup kewajiban karantina selama 14 hari - tanpa opsi untuk mempersingkatnya dengan bukti vaksinasi atau tes negatif.
Pembatasan tersebut juga berlaku bagi warga negara Jerman atau penduduk negara itu dari wilayah yang menjadi perhatian varian omicron.
Berdasarkan aturan untuk pelancong dari daerah berisiko tinggi, mereka yang dapat menunjukkan bukti vaksinasi tidak perlu diisolasi. Wisatawan yang tidak divaksinasi perlu dikarantina selama 10 hari, tetapi dapat mempersingkat menjadi lima jika mereka dites negatif.
Risiko dari varian omicron
Sebelumnya Jerman telah menurunkan lonjakan kasus virus corona pada November dan awal Desember lalu setelah menerapkan serangkaian pembatasan yang ditujukan terutama pada orang yang tidak divaksinasi.
Namun, kasus kembali meningkat, ketika RKI mencatat kenaikan dalam empat hari sebelumnya.
Meskipun laporan awal menunjukkan varian omicron memiliki efek lebih ringan daripada bentuk virus sebelumnya, sifatnya yang sangat menular berisiko membebani layanan kesehatan.
Hampir 40 persen orang di Jerman menerima vaksin booster, yang menurut data menawarkan peningkatan perlindungan. Namun, sekitar 25 persen orang tetap tidak divaksinasi.
ha/pkp (AFP, dpa)