REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg dijadwalkan menggelar pertemuan khusus dengan duta-duta besar sekutu dan pejabat Rusia pekan depan. Kedua belah pihak menginginkan dialog untuk mencegah konflik terbuka atas Ukraina.
Khawatir dengan penumpukan pasukan yang dilakukan Rusia di perbatasan Ukraina dalam beberapa bulan terakhir, aliansi pertahanan negara-negara Barat ingin menggelar Dewan NATO-Rusia. Namun, forum itu terganggu perselisihan mengenai spionase bulan Oktober lalu.
Baca: Jerat Kemiskinan Pembelot Korut di Korsel
Pertemuan Dewan NATO-Rusia merupakan format dialog yang digunakan sejak 2002. Seorang pejabat NATO mengatakan pertemuan tersebut akan digelar di Brussels pada 12 Januari mendatang setelah AS dan Rusia menggelar pertemuan keamanan pada 10 Januari di Jenewa.
Diplomat Uni Eropa Josep Borrel terbang ke Ukraina pada Selasa (4/1). Dalam kunjungan dua hari itu, ia akan menyampaikan dukungan pada Kiev yang ingin bergabung dengan Uni Eropa dan NATO.
Baca: Media Pro-Demokrasi Ditutup, Hong Kong Bungkam Kebebasan Pers?
Moskow ingin ada jaminan NATO tidak melakukan ekspansi ke Timur Eropa dan mengakhiri kerja sama militer dengan Ukraina dan Georgia. Dua negara yang memiliki sengketa perbatasan dengan Rusia.
Moskow juga membantah tuduhan AS mereka merencanakan invasi ke Ukraina. Rusia justru menuduh Kiev membangun pasukannya di sebelah timur negara itu.
"Setiap dialog dengan Rusia harus diproses dengan prinsip resiprokal, mengatasi keprihatinan NATO mengenai tindakan Rusia dan berlangsung dalam format konsultasi dengan mitra-mitra Eropa, NATO," kata pejabat NATO tersebut, Selasa (4/1).
Baca: Aktris Emma Watson Suarakan Solidaritas untuk Palestina
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengkonfirmasi pejabat Rusia akan menghadiri pertemuan NATO di Brussels. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergie Ryabkov dan pejabat senior Rusia lainnya diperkirakan menghadiri pertemuan tersebut setelah bertemu dengan Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman di Jenewa.
Pembicaraan 13 Januari lalu akan dilanjutkan dalam format yang lebih luas di Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama Eropa (OSCE) yang berbasis di Wina. Pembicaraan itu akan diikuti AS, sekutu-sekutu NATO, Rusia, Ukraina dan negara-negara bekas Uni Soviet lainnya.
Juru bicara Uni Eropa mengatakan Borrell yang merupakan perancang sanksi blok tersebut pada pejabat Rusia pada 2021 yakin "Uni Eropa tidak bisa menjadi penonton netral dalam negosiasi bila Rusia benar-benar ingin membahas arsitektur keamanan Eropa". Juru bicara itu menambahkan Uni Eropa memandang Ukraina sebagai "mitra strategis."
Didampingi Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba, Borrell akan mengunjungi garis depan konflik antara pasukan Ukraina dengan separatis yang didukung Rusia. Kedua menteri luar negeri itu diperkirakan akan membahas langkah-langkah berikutnya pada bulan Januari ini.